Rabu, 25 Januari 2012

Speak by Data

6 tahun lalu, saat saya bekerja sebagai staf HRD di Astra Jakarta, mendapatkan pengalaman yang mungkin tak akan pernah dapat saya lupakan sepanjang hidup. pengalaman itu bermula dari kegiatan QCC/SS (Quality Circle Control/ Suggestions Support). jadi ceritanya itu masing-masing bagian menuliskan ide-ide atau terobosan-terobosan baru yang berguna untuk kemudahan kerja. tujuannya tentu saja untuk mencari titik terbaik menuju efisiensi kerja. nantinya usulan dari semua bidang itu akan dipresentasikan didepan panel dan floor. tidak ada batasan dalam mengirimkan ide tersebut. bisa jadi dalam satu bidang mengirimkan puluhan hingga ratusan ide. semua karyawan bebas mengeluarkan ide.






nah, ceritanya begini.






saya kan pegawai baru disana. belum sepenuhnya mengenal adat istiadat dan kebudayaan kerja setempat, maksudnya kantor itu. saya yang masih baru keluar dari hutan rimba, kemudian diminta untuk memberikan usulan dan saran, maka saya pun dengan bersemangat mencari, kira-kira apa yang bisa saya usulkan, minimal untuk perbaikan apa yang rusak dalam fasilitas kerja.






sangat sulit mencari terobosan ataupun mencari hal-hal yang perlu diperbaiki di perusahaan yang ultra canggih itu. hampir semua aspek tersedia dan dalam kondisi prima.






bagai mencari jarum dalam tumpukan paku... hahaha






apa ya kira-kira yang bisa saya usulkan....? begitu benak saya bicara.






bingung. mana saya belum sepenuhnya tahu mekanisme pengusulan ide tersebut.






tapi ilham itu datang saat saya masuk kamar mandi. benar juga kata orang, kamar mandi adalah tempat terbaik untuk mencari inspirasi.. wkwkwkwkwk






sewaktu saya mengguyurkan air dilantai, saya melihat genangan air di saluran sanitasinya. hmmm....






voila...!!





langsung saja kejadian tersebut saya laporkan hal tersebut pada atasan dengan maksud agar dimasukkan dalam ide perbaikan dan terobosan.






dengan gagah berani dan tubuh bercahaya serta rambut berkibar-kibar (iklan banget.. wkwkwkwkw) saya berangkat menuju meja kerja atasan saya itu.






tentu saya berharap dapat pujian. karyawan baru, bisa menemukan celah perbaikan. angan angan saya.






tapi apa yang saya dapat justru jauh api dari panggang.






saya disemprot habis-habisan!






"mana datanya?" begitu katanya singkat menimpali laporan saya.






saya yang belum tersadar dari dunia iklan tadi cuma bisa celingak celinguk kebingungan. gimana tidak bingung, sanitasi aja pake tulis laporan? nulisnya gimana? data seperti apa?






tapi justru itu inti penting yang saya dapatkan.






speak by data!!





sejak detik itu saya selalu mengutamakan data dalam berucap dan bertindak. sekecil apapun tindakan atau kejadian yang saya alami. karena kalau kita bekerja dan bertindak berdasarkan "katanya" itu fatal sekali, iya kalau beritanya benar, kalau salah? belum lagi kalau masalah yang kita utarakan itu sangat sensitif dan potensial menyulut permasalahan, tanpa data yang valid dan bukti yang kongkrit, hal tersebut hanya akan menjadi sebuah persoalan baru yang tidak kalah rumit.






misalkan saja, kita tahu anak tetangga sebelah bandel setengah mati, suka naik naik pohon cabe. tapi kita tidak memiliki data ataupun fakta yang bisa kita tunjukkan pada orang tuanya, apa yang akan terjadi? bisa jadi orang tuanya justru akan maki-maki kita.






"enak aja lo katain kingkong, anak gue bandel? mana buktinya kalau kingkong bandel? orang dia itu di dalam foto selalu diem!!"






nah loh...






tapi beda ceritanya kalau kita punya bukti dan data yang valid. misalkan, waktu si kingkong bergelantungan di pohon bayam, kita foto. kalau perlu detil kejadiannya kita catet. naik pohon bayam jam berapa, pake celana apa, sama siapa saja. pasti si orang tua kingkong tersebut akan senang hati menerima informasi tersebut. karena ada data dan fakta yang kita tunjukkan untuk perbaikan sang anak, kingkong.






ini penting buat kita semua. agar berita yang benar tidak berakhir menjadi gosip. dan cerita tentang suatu kejadian tidak berakhir fitnah.






mengingat, gosip itu haram. dan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.










sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar