Rabu, 22 Februari 2012

Save Our Children




Dunia saat ini sedang mengalami kemajuan tekhnologi yang sangat pesat. Semua kebutuhan manusia dapat diperoleh hanya dengan sentuhan jari. Benar-benar luar biasa. Saya yakin semua orang di dunia ini telah menikmati hasil-hasil dari kemajuan tekhnologi.

Internet, telephone, televisi, kamera bahkan yang terbaru adalah nano tekhnologi.

Semua itu diciptakan untuk mempermudah hidup manusia. Mudah untuk memenuhi kebutuhan informasi, komunikasi, hiburan dan kebutuhan-kebutuhan lain yang tak terhingga jumlahnya.

Tapi alam ini diciptakan Tuhan dengan segala pengimbangnya. Semua tersusun begitu rapi dan sempurna seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan wanita, senang dan susah, yin dan yang, hutan dan hujan, baik dan jahat dan seterusnya.

Demikian juga dengan tekhnologi. Dibalik segala kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan selalu ada hal sebagai efek samping. Apa itu?

Anak-anak jawabannya….

Kenapa dengan anak-anak?

Ya…. Memang beberapa hal positif bisa didapat dari kemajuan tekhnologi ini. Seperti televisi misalnya, banyak acara yang ditawarkan khusus untuk anak-anak. Acaranya sangat edukatif dan menyenangkan sebagai hiburan.

Tetapi jika kita lihat lebih mendalam, anak-anak jadi terpaku dengan acara-acara televisi tersebut meskipun kontainnya sangat edukatif dan menghibur. Padahal sebagai anak-anak mereka juga membutuhkan waktu untuk bersosialisasi dengan sebayanya. Bermain dan bercengkerama di alam. Ketika anak-anak mulai ‘menjauh’ dari kehidupan sosial mereka, maka dampaknya adalah pada mental. Mereka cenderung kurang mandiri dan anti-sosial.

Tapi yang lebih berbahaya adalah bila yang ditonton mereka adalah film-film atau sinetron yang seringkali bermuatan kekerasan. Secara tidak langsung ini akan membentuk kepribadian mereka.

Ini kalau dibiarkan akan sangat berbahaya sekali. Betapa pun, anak adalah asset yang paling berharga.

Saya jadi sedikit berkhayal untuk ini. Kalau melarang seluruh televisi untuk siaran di jam-jam tertentu atau off pada jam-jam dimana anak-anak harus belajar, itu adalah mustahil. Terlalu kompleks implementasinya. Selain karena Indonesia terbagi kedalam 4 wilayah waktu, juga karena televisi swasta meraih untung dari iklan pada prime time dimana itu terjadi di jam-jam yang anak-anak sedang belajar.

Oke… ide saya seperti ini.

Andaikan saja di daerah kita ada semacam aturan mengenai jam malam yaitu sekitar jam 5 sore hingga 8 malam ditetapkan sebagai jam dimana televisi dan segala perangkat internet harus off.

Pada jam-jam tersebut orang tua harus fokus untuk menuntun anaknya belajar. Tidak boleh memperhatikan hal lain selain anak, sekalipun ada sinetron paling lebay sedang diputar. Semua harus diletakkan dan fokus pada pendidikan anak.

Tidak usah terlalu lama, 3 jam saja setiap hari jam malam itu berlaku.

Ketika itu sudah menjadi sebuah aturan, tentu saja harus diikuti konsekuensi logis yang mengikat jika dilanggar, yaitu berupa sanksi yang tegas. Tak lupa harus dibentuk satuan pengawas ditiap-tiap RW, dimana pada jam-jam tersebut bapak-bapak secara bergiliran ronda keliling mengawasi rumah-rumah dan (kalau perlu) menegur dengan keras jika masih ada orang tua yang bandel nonton sinetron-sinetron (yang sama sekali tak berkualitas) yang sedang gentayangan ditelevisi-televisi swasta.

Saya yakin, 3 jam itu akan sangat berdampak besar terhadap dunia pendidikan anak-anak kita.

Coba anda perhatikan jadwal anak-anak anda jika sedang dirumah. Hampir 85% kegiatannya adalah menonton televisi dan 50% diantaranya mereka menonton sinetron yang tayang pada jam belajar!!

Mengerikan sekali bukan…

Mau jadi apa anak-anak kita kelak kalau kesadaran akan itu tidak segera kita gugah?

Boleh kita sekarang sukses, anak-anak kita tidak kekurangan satu apapun. Tapi bagaimana masa depan mereka? Mampukah mereka hidup enak seperti kita saat ini kelak? Ini yang harus kita pikirkan bersama.

Kita harus keluar dari zona nyaman ini…

Bila sebelumnya di jam-jam petang hingga malam kita habiskan untuk bbm-an, internetan atau nonton sinetron berjama’ah dengan anak-anak kita, dengan adanya aturan itu kita harus segera berubah. Demi masa depan anak-anak kita.

Coba kita hitung frekuensi interaksi kita dengan anak:

- Pagi kita bangun jam 5.30. anak-anak bangun jam 06.00, kemudian mandi sarapan dan sebagainya, tepat jam 7 pagi berangkat kerja. Saya berani bertaruh di jam itu tidak ada interaksi atau komunikasi yang baik antara anak dan orang tua selain suara orang tua memerintahkan anaknya untuk bersiap sekolah atau menanyakan PR mereka. Betul?

- Kemudian kita baru pulang kerja jam 4 sore atau bahkan lebih bila ada kerjaan yang belum selesai. Demikian juga dengan anak-anak kita, baru pulang sekitar jam 2 siang, lalu pergi les atau bermain dengan pembantu. Itu hingga jam 6 sore. Saya pun berani bertaruh di jam-jam ini orang tua sedang istirahat karena kepayahan bekerja sehingga tidak ada interaksi antara anak dan orang tua. Betul?

- Lalu jam 6 petang hingga jam 9 malam, ibu-ibu terpaku menonton sinetron sedang bapak-bapaknya asik baca Koran karena tak sempat baca pada pagi hari. Anak-anak? Bercengkerama dengan pembantu atau menemani ibu mereka menonton sinetron yang sama sekali bukan asupan yang baik sebagai tontonan

- Dan jam 9 malam hingga pagi lagi semua orang telah tidur.

Pertanyaannya adalah kapan ada waktu untuk komunikasi dengan anak?????? Apa anak hanya cukup kita berikan kebutuhan jasmaninya saja???? Apakah mereka cukup hanya dengan memberikan uang saku saja????? Kalau iya adalah jawaban anda, sebaiknya tutup blog saya dan lanjutkan aktifitas anda yang menyedihkan itu. Tapi kalau tidak adalah jawaban anda, maka berpikirlah untuk berubah.

Tapi itu semua tidak akan berjalan dengan baik bila pemerintah tidak mengambil sebuah kebijakan berani untuk mengatur masalah ini. Sekali lagi akan sangat baik bila ide ini diimplementasikan sebagai aturan.

Adanya keseragaman pola asuh pada anak akan menjadikan anak-anak kita, minimal di daerah yang ‘berani’ mengatur masalah ini, akan tumbuh bibit-bibit unggulan yang siap menjadi pengganti kita dimasa yang akan datang. Generasi-generasi tangguh yang siap menjadi lokomotif pembangunan bangsa.

Saya tidak anti dengan televisi atau tekhnologi, karena saya pun sangat meminati tekhnologi dan ikut menikmati kemajuan tekhnologi. Maksud dari tulisan ini bukanlah untuk membentuk sebuah masyarakat anti televisi atau masyarakat anti sinetron, sama sekali tidak. Saya hanya berpikir untuk mengatur pola hidup saja. Adalah hak anda menonton televisi, adalah hak anda untuk menikmati tekhnologi.

Tapi ingat!!!

Adalah kewajiban anda untuk mendidik anak. Juga adalah hak anak untuk memperoleh perhatian dan kasih sayang dari anda sebagai orang tua. Tidak hanya uang yang anda berikan sebagai jawaban atas permintaan kasih sayang dan perhatian dari mereka, tapi perhatian dan kasih sayang dalam konteks yang sebenarnya.



Lantas….. apakah ide ini mungkin untuk direalisasikan????



Terserah anda sebagai orang tua. Juga para pemangku kebijakan. Lha wong ini Cuma ide kok. Diambil monggo, dibuang pun silahkan… hehehehe…. Yang pasti, penyesalan itu selalu dibelakang tempatnya, bukan di depan.



Al haqqu min rabbika fala takunanna min al mumtarin
In uridhu ilal ishlaha wama taufiqi ila billah
Wallahu a’alam bish shawab 




sekian

Tepo Seliro..





Alkisah seorang Raja muda yang baru saja naik tahta di sebuah kerajaan, berniat memberikan hadiah pada 2 orang abdi yang akan memasuki masa pensiun. Raja adalah seorang yang sangat bijaksana dan selalu memperhatikan semua abdinya.

Nah kali ini yang akan pensiun adalah 2 orang juru masak di dapur kerajaan. Tak satupun mengenal 2 orang ini meski mereka telah mengabdi puluhan tahun lamanya.

Akan tetapi rencana itu ditentang oleh Ibu Ratu.

Ibu Ratu berpendapat bahwa Raja hendaknya selektif dalam memberikan penghargaan pada abdi yang akan pensiun. Hanya mereka yang berjasa besar pada kerajaan saja yang harus di perhatikan. Misalnya: jenderal atau panglima perang, kemudian bendahara kerajaan atau cantrik-cantrik yang mengurusi pajak di dusun-dusun. Sebab kejayaan dan kekayaan kerajaan bergantung di pundak mereka.

Tapi Raja berpandangan lain.

Lalu Raja mengajak Ibu Ratu berjalan keliling kerajaan. Raja sangat sayang dan hormat pada Ibu Ratu sekalipun beliau sangat keras kepala, karena beliaulah yang melahirkannya.

Raja mengajak Ibu Ratu melihat para pekerja sedang membangun benteng di sudut-sudut batas wilayah.


“Ibu…. Apakah Ibu tahu kenapa saya membangun benteng itu?” Tanya Raja pada Ibu Ratu

“tentu saja untuk pertahanan kerajaan dari serangan musuh-musuh, anakku..” jawab Ibu Ratu

“Ibu… misalkan saja saya tidak membangun benteng itu, apa yang akan terjadi?” lanjut sang Raja

“tentu saja musuh akan dengan mudah masuk dan menyerang kita, anakku” jawab Ibu Ratu

“bukankah kita memiliki pasukan yang kuat dan jenderal yang hebat?” lanjut Raja

“apalah arti pasukan yang banyak dan Jenderal yang cerdas tapi tak memiliki benteng?” jawab Ibu Ratu

“lalu, apakah yang membangun benteng itu pasukan kita, Bu?” Tanya Raja

“tentu saja bukan, anakku. Adalah tukang batu yang mengerjakannya. Tak mungkin pasukan membangun benteng sementara setiap hari mereka berlatih dengan keras..” jawab Ibu Ratu



Lalu Raja mengajak Ibu Ratu berjalan menuju barak pasukannya. Berderet pasukan berbaris menghormat pada Raja dan Ibu Ratu. Tak terkecuali panglima dan jenderal-jenderal tempur yang sedang berdiskusi dibawah tenda.



“lihatlah pasukan kita Ibu.. mereka berlatih dengan keras, sementara para Jenderal berdiskusi didalam tenda” kata Raja

“para jenderal itu sedang mendiskusikan strategi perang, anakku” jawab sang Ratu

“di kepala merekalah peperangan akan kita menangkan” lanjut ibu Ratu

“baik Ibu, aku mengerti..” kata Raja



Kemudian mereka berdua berjalan menuju tempat makan disebuah danau yang sejuk dibawah rerindangan pohon yang asri.



“Ibu, kita sudah berkeliling seharian ini. Ibu sudah memberiku pengetahuan baru dalam memimpin kerajaan. Ijinkan saya bertanya pada ibu..” pinta Raja

“apa itu anakku..?” jawab sang Ratu

“kita sudah melihat tukang batu yang membangun benteng, pasukan yang berlatih keras dan kegiatan para jenderal-jenderal perang. Manakah dari ketiganya yang lebih penting bagi kerajaan? Tanya sang Raja

Ibu Ratu terdiam sejenak. Lalu menjawab

“Semuanya penting anakku. Pasukan tak dapat berperang dengan baik tanpa bimbingan para jenderal dan para jenderal tak dapat menyusun strategi yang baik tanpa didukung benteng yang kuat..” jawab Ibu Ratu

“jadi mereka semua berjasa pada kerajaan dan layak mendapat hadiah pensiun dari kerajaan?” Tanya sang Raja

“iya anakku. Merekalah yang ibu maksud berhak atas tanda jasa darimu” jawab Ibu Ratu

“lalu bisakah mereka berperang tanpa makan….?” Tanya sang Raja


Kali ini ibu Ratu tersadar bahwa dirinya telah digiring oleh sang Raja pada satu pemikiran. Raja berhasil menyadarkan sang Ratu bahwa juru masak pun memiliki jasa yang luar biasa besar dan tak kalah dibandingkan dengan pasukan ataupun jenderal-jenderal tempur.

Memang para juru masak tidaklah nampak berperang menghadapi musuh, tapi tanpa juru masak yang bekerja tanpa henti untuk mempersiapkan makan bagi pasukan-pasukannya, maka semuanya akan menjadi tak berarti. Dari sejak itu Ibu Ratu paham dan setuju bahwa seluruh abdi kerajaan mendapat tanda jasa saat pensiun.

Dari ilustrasi cerita diatas dapat kita petik pelajaran penting, bahwa seluruh elemen dalam sebuah organisasi atau apapun itu (termasuk dalam keluarga) adalah bagian penting yang tak terpisahkan. Satu dengan yang lain ada untuk saling menopang. Memang yang sering nampak dipermukaan adalah yang sering dianggap paling berjasa. Padahal bisa saja yang nampak itu hanya duduk, sementara yang sesungguhnya bekerja sedang beristirahat karena kelelahan bekerja.


Yang nampak didepan mata tak semuanya benar, tapi juga tak selalu salah.


Contoh lain yang agak berbeda sedikit tapi masih senada.


Tahun 2000 dulu, FPI (Front Pembela Islam) pernah teriak-teriak meminta pemerintah untuk membubarkan Komnas HAM karena sering membela orang-orang yang ditindak oleh mereka. Akan tetapi saat ini FPI meminta perlindungan di Komnas HAM karena posisinya sedang tersudut akibat maraknya permintaan agar FPI dibubarkan. Inilah yang terjadi jika seseorang atau sebuah organisasi bertindak apriori. Selalu memandang segala hal dari perspektifnya sendiri. Mereka tidak sadar bahwa segala sesuatu disusun berdasarkan hukum saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Tidak bisa kita tersenyum manis saat membutuhkan dan bertindak sewenang-wenang saat tak membutuhkan. Apa yang terjadi jika Komnas HAM bertindak sebagaimana dulu FPI memperlakukan mereka? Atau kalau persoalan pada cerita kerajaan diatas, bagaimana jika para juru masak mogok dan tak mau lagi memasak, apakah ibu Ratu sanggup memasak untuk ratusan ribu pasukan????

Saya bangga dilahirkan di Indonesia. Sebuah Negara dengan adat ketimuran yang (konon) masih dijunjung tinggi. Dalam adat timur dikenal istilah tepo seliro. Sebuah adagium yang berarti empati atau kedudukan sejajar saling menghormati. Seyogyanyalah kita berbahagia menjadi bagian dari Negara yang memiliki adat seperti itu. Bagaimana caranya? Ya kita lestarikan dengan cara melaksanakannya dikehidupan kita sehari-hari.

Memang sangat nyaman ketika seseorang menjadi Jenderal, panglima perang atau cantrik dalam kisah itu. Semua serba ada dan telah disiapkan oleh para abdi. Tinggal perintah semua ada.

Tetapi sebagaimana abdi yang pada akhirnya pensiun ketika telah sampai pada batas usia yang dipandang oleh kerajaan tak lagi mampu berakselerasi dengan kebutuhan kerajaan, maka para Jenderal dan Panglima perang kerajaan pun demikian. Ketika dipandang telah sangat berumur dan tak dapat lagi melakukan peperangan, maka Raja akan mempensiunkan Jenderal-Jenderal tersebut dan menggantinya dengan jenderal-jenderal yang masih muda dan cerdas. Ketika memasuki masa pensiun itu maka segala fasilitas dan pelayanan prima yang diberikan oleh kerajaan, akan hilang seketika dan menjadi rakyat biasa. Jika jenderal-jenderal itu tak ramah dan tepo seliro saat memimpin, bagaimana ia akan melanjutkan hidupnya sebagai rakyat jelata ketika berada ditengah-tengah masyarakat???


Saya pikir sudah saatnya bangsa Indonesia untuk berpikir lebih dewasa dan melestarikan budaya-budaya bangsa seperti tepo seliro ini. Negara boleh maju dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Juga sangat baik memiliki angka pertumbuhan ekonomi tertinggi se Asia. Tapi apa arti itu semua jika bangsa ini telah kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang memegang teguh adat ketimuran, yang salah satunya adalah tepo seliro ini.



So…. Berpikirlah dua kali sebelum bicara. Jangan asal njeplak





Al haqqu min rabbika fala takunanna min al mumtarin
In uridhu ilal ishlaha wama taufiqi ila billah 
Wallahu a’alam bish shawab


sekian

Kamis, 16 Februari 2012

catatan akhir pekan: "Gila Itu Pilihan..."

alkisah tentang dua negeri bertetangga bernama Kenthirpindho dan negeri Ramudheng.

kedua negeri ini seringkali terlibat peperangan dan perselisihan. ada saja penyebab peperangan. dari hal sepele seperti nelayan yang bablas masuk kewilayah salah satu diantaranya, sampai ke permasalahan batas wilayah yang tak kunjung usai. wah pastinya tiada hari tanpa saling kecam dan saling serang. senjata menyalak ditiap-tiap jengkal batas wilayah.

sampai pada satu hari sebuah wabah menyerang negeri Kenthirpindho. seluruh warganya mendadak terkena virus gila. seluruh rakyatnya menjadi gila, tak terkecuali Rajanya. karena tidak ada yang bisa menangani wabah gila ini, maka wabah ini pun masuk ke negeri tetangganya, Ramudheng. 

satu persatu rakyat Ramudheng pun mulai menjadi gila. dengan cepat wabah ini bergerak dan menyebar keseluruh penjuru negeri. Raja yang mengetahui hal ini memerintahkan tabib-tabib terbaik untuk meneliti penyebab wabah ini.

tabib-tabib itu pun mulai bekerja siang dan malam. mereka bekerja tanpa kenal lelah. dan tanpa honorarium.

hingga akhirnya para tabib itu menemukan jawabannya, yaitu penyebaran wabah gila ini melalui aliran air. tabib-tabib itu pun melaporkan temuannya itu pada Raja. 

Raja yang mendengar hal ini tentu saja murka. Raja pun memerintahkan tabib-tabib itu mencari penawar wabah ini. 

namun terlambat. 

wabah terlanjur menyebar ke sumber-sumber mata air. dan sumber mata air terbaik milik keluarga kerajaan pun tercemar. hingga persediaan air pun mulai menipis. satu persatu keluarga Raja mulai menjadi gila, tak terkecuali sang Ratu. hingga tinggal Raja seorang diri yang belum terjangkit penyakit gila itu.

ANEHNYA..... seluruh rakyat dan bahkan sang Ratu, justru melihat Raja-lah yang gila. hal itu terjadi karena seluruh negeri telah bersatu dalam kegilaan dan merasa merekalah yang waras. mereka melihat Raja yang sangat mereka cintai itu dengan rasa kasihan, karena hanya Raja yang belum gila atau waras dalam pandangan mereka. mereka pun beramai-ramai meminta Raja untuk meminum air agar "sembuh" dan bersatu lagi dengan mereka.

pada awalnya Raja masih bertahan dan tak mau meminum air itu agar tetap waras. tapi sekeras-kerasnya batu akan berlubang juga bila terus menerus terkena tetesan air. 

akhirnya sang Raja menemui rakyatnya yang sedang berkumpul dihalaman istana. 

Raja memegang cangkir berisi air wabah yang bisa membuatnya jadi gila, sama persis seperti rakyat dan seluruh keluarganya. ia angkat gelas itu keatas. sebelum meminum air, ia pandangi langit sambil berucap: "selamat tinggal duniaku yang waras". lalu Raja meminum air itu.

tak lama kemudian sang Raja berteriak: "wahai Rakyatku, aku sudah sembuh..."

lalu mereka bergembira karena Raja telah seperti mereka. dan kejadian aneh selanjutnya, Raja Ramudheng mengangkat Raja Kenthirpindho sebagai saudara. lalu dua negara gila ini pun menjadi satu. mereka memandang negara lain sedang tidak sehat akal alias gila dan bermaksud untuk "menyembuhkannya" agar kemudian bersatu bersama mereka.

selanjutnya biarkan imajinasi kalian yang berbicara.....hehehehe

negeri Kenthirpindho dan Ramudheng ini hanya ilustrasi saja, tidak nyata. kalaupun itu nyata,saya percaya itu bukan negeriku Indonesia. 

tapi lain soal kalau yang jadi objek dalam cerita itu adalah KORUPSI.

sebelum saya masuk kedalam pokok bahasan Korupsi, saya ingin menerangkan tentang baju. 

mengapa manusia memakai baju..?

hahahaha..... anak saya pasti akan menjawab, biar nggak kelihatan "tititnya yah..."

benar juga sih, memakai baju adalah untuk menutupi aurat atau setidaknya menutupi anggota badan yang malu untuk kita pertontonkan pada orang banyak. 

saya pikir tidak satupun manusia di bumi Indonesia ini yang tak pernah KORUPSI. ayolaaahhh.... jujur sajalah. jangan ada dusta diantara kita.

Korupsi secara terminologi berasal dari bahasa latin corruptio yang berawal dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik.

dari artian tersebut bisa disepahamkan bahwa Korupsi tidak melulu uang tetapi bisa jadi 
  1. KORUPSI OMONGAN → yang semula ceritanya A didramatisir hingga jadi B. 
  2. KORUPSI DATA → data yang dibuat oleh orang lain, dengan seenaknya di 'copy paste'. 
  3. atau KORUPSI WAKTU → mask kerja jam 7 tapi datang jam 12....


dan masih banyak lagi contoh-contoh Korupsi. 

mau dibilang itu pengaturan-lah, rekayasa-lah atau apalah, tetap aja itu masuk definisi Korupsi. saya yakin semua orang pernah merasakan itu. sebagai manusia, itu wajar. salah itu wajar. kita bukan Nabi. juga bukan malaikat. 

sebagaimana sebuah kesalahan yang kita anggap sebagai hal yang Wajar, maka Korupsi yang juga merupakan sebuah kesalahan bolehlah kita anggap wajar juga. yang penting tidak diulangi lagi, terlebih dengan melakukan kesalahan yang sama. itu yang Kurang Ajar.

sama seperti baju yang berfungsi menutupi bagian tubuh yang malu terlihat orang lain, maka kesalahan yang orang lain perbuat pun demikian. tak perlu kita ungkapkan, sekalipun kita mengetahuinya. wajar kok orang punya salah, yang kurang ajar itu orang yang membuka kesalahan orang didepan orang lain tanpa ijin. kalau kita pakai filosofi perjuangan Lenin pada era bolshevik: "tidak ada kebenaran tanpa mempermahfumkan kekerasan" maka orang yang suka membuka kesalahan orang dihadapan khalayak, itu sudah selayaknya dijadikan objek pada filosofi tersebut dengan pembenaran atas tindakan yang dipandang perlu oleh massa.

sayangnya di Indonesia ini terlalu banyak penampakan Nabi dan Malaikat dimana mereka semua suci dan tak pernah terjamah dosa. mereka merasa aneh dan sangat sinis pada orang lain yang dianggap bersalah. orang yang bersalah tadi akan merasa seperti menjadi setan ditengah para malaikat. padahal sih (kalau mau jujur) dibalik jubah Nabi dan Sayap malaikat yang cemerlang itu sesungguhnya mereka adalah seekor iblis.

hahahaha.....

oke..oke... saya tidak ingin mengajari seekor ikan untuk berenang. jadi kita kembali ke topik awal.

sama seperti air gila pada ilustrasi cerita diatas, sesungguhnya Korupsi itu adalah sebuah kegilaan yang bisa dipilih. dipilih untuk tidak dilakukan atau sebaliknya. pun demikian dengan keberadaannya, sama persis seperti kentut, semua orang dapat mencium bau busuknya tapi susah untuk membuktikannya.

ada sebuah buku bagus berjudul "blink = the power of thinking without thinking"

dalam buku tersebut dituliskan bahwa untuk menelisik tentang Korupsi tidaklah perlu sampai mengernyitkan dahi. cukup dari gelagat saja akan diketahui kalau disitu ada Korupsi. persoalannya (masih dibuku itu) adalah cara membuktikannya. begitu rapinya kegiatan ini sampai-sampai nyaris tanpa jejak dan tanda bukti. semua dilakukan atas dasar saling percaya, sementara hukum tentang Korupsi itu sendiri adalah hukum positif yang tidak mengenal asumsi.

di akhir buku itu dituliskan sebuah kalimat bernada provokasi :
"dibalik keuntungan yang melimpah  pasti terdapat kejahatan yang besar"

hmmm......

lagi-lagi saya persilahkan imajinasi teman-teman untuk mengartikan kalimat itu.

terakhir yang ingin saya sampaikan adalah sama halnya dengan air gila pada ilustrasi diawal tulisan saya ini, saya ingin katakan, bahwa semua orang tak akan dapat menghindarkan diri dari kesalahan ataupun korupsi. itu sudah kodrat kita sebagai manusia sebagai tempatnya berbuat salah dan dosa.

sebagai manusia, Angie mungkin telah meminum air gila. tapi bisa jadi memang belum meminumnya, tugas hukumlah untuk membuktikannya. saya merasa risih dengan orang-orang yang berkomentar di televisi, semua menjudge Angie seolah mereka yang paling tahu dan paling suci. ada yang mengaku ahli raut wajah dsb. ayolah tak usah jadi malaikat diantara setan. biarkan hukum kali ini bicara dengan bebas. tak perlu membuat asumsi-asumsi publik yang justru menyesatkan. sadari bahwa kalian pun bisa jadi duduk disana suatu saat dan bayangkan bila kalian disudutkan sebagaimana yang kalian lakukan pada Angie.

saya bukan pendukung Angie atau partai, karena saya tidak boleh. saya hanya berusaha menunjukkan sebuah peradaban dimana saling menghormati adalah landasannya. dan yang pasti saya tidak ingin menakuti orang dengan bayangannya sendiri....

tak perlulah mencemooh atau menjatuhkan orang lain dengan kesalahan yang orang itu perbuat agar citra kita naik..


belajarlah untuk jujur pada diri sendiri dan mengakui bahwa kita telah meminum air gila itu dan semua akan bahagia. karena kalau kita tidak mengakui telah meminum air gila itu dan tetap menganggap bahwa diri kita adalah seorang Nabi/Malaikat, maka bersiaplah menjadi orang waras ditengah orang gila atau dianggap gila oleh orang-orang gila.





karena pada hakekatnya orang-orang gila akan menilai dirinya waras dan melihat orang yang waras tak ubahnya orang gila yang patut untuk dicekoki air gila.







sekian






Senin, 13 Februari 2012

3 F...!!


selamat pagi, temans....

di hari yang cerah ini saya ingin menulis tentang seorang tokoh yang saya anggap penting untuk dikaji.  saya yakin teman-teman tahu siapa dia, minimal pernah mendengar tentang tokoh ini.

Aung San Suu Kyi.

ya....

dia adalah tokoh pergerakan di Myanmar. sosok wanita pemberani yang selalu berada di garda terdepan dalam pembelaan hak-hak asasi manusia di negeri yang dulunya bernama Birma itu. untuk ukuran seorang wanita, Suu Kyi benar-benar luar biasa. dinginnya sel penjara seolah tak mampu menaklukkan kebesaran nyalinya menghadapi bayonet junta militer di negara seluas 680 ribu km² ini.

Suu Kyi sebenarnya bukanlah seorang new comers di ranah politik negara berpopulasi 50 juta jiwa ini.

ayahnya Aung San adalah seorang pejuang kemerdekaan negeri itu kala zaman penjajahan Inggris. Aung San adalah seorang ayah sekaligus figur idola untuk Suu Kyi sebagaimana ia ungkapkan dalam sebuah pernyataannya "apabila aku menghormati ayahku, aku menghormati semua yang berdiri tegak untuk integritas politik di Birma"

lalu, apa yang bisa dikaji dari seorang Suu Kyi? apa pentingnya wanita ini?

untuk mengetahui peran besar Suu Kyi terhadap pembelaan hak-hak sipil di negara tersebut, ada baiknya juga saya sertakan sejarah singkat kejadian yang melatarinya, sehingga terbuka lebih jernih untuk membedah peran besar wanita peraih Nobel Perdamaian tahun 1991 ini lebih dalam.

Aung San, ayah dari Suu Kyi, bersama U Nu adalah tokoh utama di balik kemerdekaan Birma dan menjadi pemimpin negara. Akan tetapi, pada tahun 1962, militer yang didominasi etnis  Birma  mengambil alih kekuasaan negara. Ne Win adalah otak di balik kudeta itu.

Cikal bakal junta militer sekarang (disebut sebagai Dewan Negara untuk Perdamaian dan Pembangunan / SPDC) berasal dari kekuasaan Ne Win itu. SPDC sendiri didominasi oleh etnis Birma. Konfigurasi kekuasaan hak pun menjadi tidak berimbang antara etnis Birma yang mendominasi dan etnis non-Birma yang merasa ditindas. Sehingga muncullah perlawanan dari beberapa etnis non-Birma, termasuk etnis Karen, yang mendominasi wilayah pegunungan di utara, yang dikenal sebagai golden triangle (segitiga emas).

etnis Birma memilih cara apa pun untuk mencegah hal itu terjadi. Sejak 1960-an, terjadilah diaspora warga Myanmar. Berbagai warga Myanmar dari kelompok etnis kini tinggal di Thailand, Bangladesh, Cina, Laos, dan India. Semua negara ini berbatasan langsung dengan Myanmar.

Kemenangan kubu demonstrasi, pimpinan Aung San Suu Kyi pada Pemilu tahun 1990, tak dikehendaki oleh kelompok etnis Birma. Kubu Suu Kyi dan dan etnis non-Birma lainnya merupakan ancaman bagi supremasi etnis Birma. Kemenangan Suu Kyi pun dihadang. Kekuasaan direbut. Beginilah yang terjadi seterusnya dan seterusnya.

Suu Kyi sendiri lahir pada 19 Juni 1945. pada tahun 1960 ia hijrah ke India mengikuti ibunya yang bertugas sebagai duta besar disana. setelah lulus dari Lady Shri Ram College di New Delhi pada tahun 1964, ia melanjutkan pendidikannya di St Hugh's College, Oxford, memperoleh gelar B.A. dalam bidang Filosofi, Politik, dan Ekonomi pada tahun 1989. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya di New York, dan bekerja untuk pemerintah Persatuan Myanmar. 

Pada tahun 1972, Aung San Suu Kyi menikah dengan Dr. Michael Aris, seorang pelajar kebudayaan Tibet. Tahun berikutnya, ia melahirkan anak lakh-laki pertamanya, Alexander, di London; dan pada tahun 1977 dia melahirkan anak kedua, Kim, yang belajar di George Washington University dari Januari 1991 sampai Februari 1991.

Tentu, Suu Kyi bukan hanya seraut gading dari nama besar mendiang ayahnya. Suu Kyi adalah pemimpin oposisi untuk hak-hak asasi di Myanmar dan penerima Hadian Nobel Perdamaian 1991. Namun, memang ada yang tak terelakkan bila seseorang jadi anak seorang tokoh pergerakan nasional yang dianggap pahlawan. Komitmen Suu Kyi tak bisa dilepaskan dari ayah itu, Aung San, d`n tanah air itu, Myanmar.

Bukan kekuasaan yang merusak watak, melainkan ketakutan

itu adalah kata-kata yang selalu ia dengungkan. ia benar-benar ingin membebaskan rakyat Myanmar dari topangan senjata untuk berdirinya sebuah negara. ia inginkan sebuah demokrasi yang terbebas dari rasa takut.



Freedom From Fear

berkaca pada apa yang terjadi di Myanmar, sepertinya upaya-upaya memarginalkan dan menyingkirkan orang-orang yang memiliki kemampuan luar biasa namun berpotensi untuk meruntuhkan sebuah dominasi kekuasaan, terjadi dibelahan bumi manapun, tak terkecuali Indonesia.

saya sendiri tidak paham atau setidaknya belum mengerti benar konsep-konsep kekuasaan.

saya hanya melihat bahwa betapa indahnya jika sebuah kekuasaan berdiri atas tegaknya demokrasi (dalam artian yang sesungguhnya).

saya punya contoh kecil.

saya adalah penentang kekerasan dan arogansi yang dilakukan oleh organisasi-organisasi massa. ambillah contoh FPI. tidak jarang dalam akun jejaring sosial saya mengkritik habis kekerasan yang mereka lakukan. tapi saya juga tidak setuju bila ada sekelompok orang, dengan eskalasi yang sama, melakukan kekerasan terhadap FPI untuk membubarkan dan atau melakukan semacam pembalasan.

saya teringat sebuah kata-kata bijak dari Mahatma Gandhi:

 "An eye for an eye makes the whole world blind"


kata-kata tersebut kurang lebih bermakna seperti ini

 "jika satu mata yang dihilangkan harus dibalas dengan menghilangkan satu mata pula, dunia akan berisi banyak sekali orang buta"

secara kontekstual dapat saya artikan bahwa membalas kesewenang-wenangan dgn kesewenang-wenangan (yang sama) tak akan pernah dapat meniadakan kesewenang-wenangan itu sendiri.

atau contoh lain, kekerasan atas kaum Ahmadiyah.

saya sangat marah ketika mengetahui Agama saya dilecehkan dengan mengatakan ada Nabi lain setelah Muhammad. itu terang-terangan menggunduli syariat yang ada dalam Agama Islam bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman. tapi itu bukan sebuah alasan untuk kita bertindak sewenang-wenang dan diluar batas kemanusiaan.

Nabi tidak pernah mengajarkan hal seperti itu. Nabi justru mengajarkan sikap pemaaf dan kesabaran dalam beragama.

intinya adalah bagaimana membiasakan diri dengan perbedaan agar spektrum pemikiran kita dapat dengan sabar menerima suara yang berbeda. 

silahkan berbeda, karena pada hakekatnya setiap individu dilahirkan dalam keadaan yang berbeda. ketika kita dapat menghormati dan menerima perbedaan yang ada sebagaimana orang lain menghormati perbedaan yang kita punya, maka saat itulah kesewenang-wenangan dan kekerasan akan hilang dengan sendirinya.

berbicara tentang pembelaan hak-hak kaum minoritas, kaum tertindas, kaum yang termarjinalkan dan sebagainya, sebagai Rakyat Indonesia, saya memandang ada seorang tokoh yang tak pernah surut langkah untuk berjuang di jalan ini.

GUS DUR....

semasa hidupnya, beliau adalah pejuang HAM dan pluralisme yang menurut saya layak mendapatkan penghargaan Nobel. lihatlah rekam jejaknya. dimana ada wong cilik yang ditindas, disitu Gus Dur bersikap tegas. lihat pula perjuangannya untuk etnis Tionghoa di Indonesia. dan berbagai pembelaannya terhadap kaum-kaum yang lemah. 

tak dapat saya tuliskan satu persatu jasa beliau di Republik ini. sayang, beliau pun akhirnya menjadi korban pemarjinalan oleh orang-orang yang merasa kepentingannya tereduksi sejak era kepemimpinan beliau. beliau disingkirkan dengan cara-cara yang inkonstitusional. beliau berdiri sendiri menentang arus yang tidak menghendaki agenda reformasi berjalan sempurna. tapi sikap seorang negarawan beliau tunjukkan kala itu, beliau tidak mengizinkan aksi massa yang mengatasnamakan Pasukan Berani Mati untuk bergerak. kalau saja beliau memberikan lampu hijau terhadap aksi massa itu, bisa jadi Indonesia akan terjebak dalam sebuah kemelut perang saudara. mengingat, beliau adalah cucu dari pendiri NU, sebuah organisasi kemasyarakatan terbesar se Asia, yang saat itu dengan tegas berdiri dibelakang Gus Dur.

kemarin tanggal 12-02-2012 diadakan haul ke-2 beliau di GOR Delta Sidoarjo. terlepas dari nuansa politik yang sangat kental dalam acara tersebut, namun saya hargai setidaknya ada sebentuk apresiasi pada tokoh perjuangan HAM disaat Republik ini kembali gemar dengan upaya-upaya pemarjinalan. jikalau dulu ada tokoh yang bergerak dan membela kaum yang tertindas dan termarjinalkan itu, untuk sekarang saya tak tahu kepada siapa harapan itu hendak dibebankan.

Jika Myanmar punya Aung San Suu Kyi yang selalu diandalkan dalam penegakan HAM, maka Indonesia memiliki Gus Dur untuk selalu kami kenang.


"Demokrasi harus berlandaskan kedaulatan hukum dan persamaan setiap warga negara tanpa mebedakan latar belakang ras, suku agama dan asal muasal, di muka-undang-undang.." (K.H Abdurrahman Wahid)





sekian


Rabu, 08 Februari 2012

hanya ikan-ikanan.....(?)

ada sebuah quotes bagus yang saya baca pagi ini dari timeline saya:

"janganlah kamu bermain judi, karena sesungguhnya judi adalah mainan setan. kalau kamu bermain judi, trus setan mainan apa? *mikir*"

saya tertawa terbahak-bahak karena membaca ini. jujur, kalau saja saya tidak ingat sedang berada di dalam kantor, mungkin saya tertawa sambil gulung-gulung. unik betul kata-kata ini. awalnya saya mengira ini adalah sebuah pretensi dari sang pemilik akun yang memang dari dulu gemar sekali bercanda. tapi kemudian saya teliti lagi baris demi baris kata-kata itu. hingga sampailah saya pada sebuah tanda bintang (*) yang menunjukkan kondisi sang penulis. tanda bintang itu mengurung sebuah kata "mikir".

hmmm...... rupanya ini agak serius, pikirku.

awalnya saya berpikir bahwa quotes itu adalah guyonan agar kita menjauhi judi karena merupakan permainan setan yang kalau kita mainkan maka setan tidak akan memiliki lagi permainan. tapi bila kita pikir lagi, sebenarnya ini serius juga. 

untuk memudahkan mengartikan maksud saya, maka saya akan buat sebuah kalimat kemudian bandingkan efek dari kalimat tersebut dengan kalimat lainnya.

"obat itu sejatinya adalah racun"

lalu sekarang kita balik

"racun itu sejatinya adalah obat"

pada kalimat pertama, efek psikis yang kita tangkap adalah kalau kebanyakan minum obat itu sama saja meracuni tubuh kita. betul?

memang benar bahwa obat itu sebenarnya adalah racun karena efek kimia yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan hati. proses detoksinasi terjadi pada hati. pada ukuran tertentu, barang yang sebelumnya kita anggap obat dapat berubah menjadi racun pembunuh yang sangat efektif. jika orang sakit mendengar atau mengetahui hal ini, saya pastikan tidak akan ada orang yang mau minum obat. karena orang sakit itu pasti lebih memilih menderita sakit flu daripada mati karena minum obat flu.

nah sekarang kita menuju pada kalimat kedua. tidak salah juga kita mengatakan bahwa racun adalah obat. lihat saja obat penawar bisa ular adalah bisa dari ular itu sendiri. bisa ular yang disuntikkan kepada manusia akan membantu membentuk antibody yang sangat berkhasiat untuk menangkal racun (bisa) ular. memang orang yang disuntikkan pada awalnya akan kesakitan, tapi itu sementara. hanya efek biasa. tapi sesudahnya, orang akan kebal terhadap racun ular. nah kalau kalimat yang kedua itu diketahui orang, maka jangankan orang yang sedang sakit, orang yang sehat pun akan meminta disuntik racun. tapi perlu diingat, racun tetaplah racun. bisa mematikan bila anda adalah orang yang tidak mengerti proses kimia, jadi sebaiknya jangan coba sembarangan alias parental advisory content hahahahaha....

gimana, sudah dapat pointnya..?

saya yakin anda memiliki kecerdasan yang cukup untuk memahaminya...... hehehehehe

sekarang saya ajak teman-teman untuk bermain di wilayah yang selalu abu-abu, tidak jelas, tapi menarik untuk disimak.

politik....

masih segar di ingatan kita bagaimana kasus korupsi dana non budgeter sebesar 40 miliar rupiah yang membelit Akbar Tandjung. kasus tersebut ramai dibicarakan orang, mengingat, beliau adalah ketua umum partai warisan orde baru juga sekaligus ketua DPR-RI saat itu. kontan orang-orang ramai membicarakannya. dari tukang becak di pinggir jalan hingga elit politik sibuk membicarakan kasus ini. tidak main-main kasus ini. bila saja saat itu status Akbar Tandjung naik dari tersangka menjadi terdakwa maka bisa dipastikan karir politik yang sudah beliau bangun akan runtuh seketika itu.

tapi public opinion telah terbentuk. lawan-lawan politik Akbar dengan gembira menghembuskan berita-berita tidak benar yang tujuannya untuk menyudutkan Akbar. semua politisi ramai-ramai menghajar Akbar menggunakan berita ini. mereka menginginkan pencopotan Akbar dari posisi ketua umum partai dan sekaligus penonaktifan sebagai ketua DPR. tapi Akbar Tandjung bukanlah politisi 'kemarin sore' yang gentar dengan pemberitaan, apalagi hanya politisi kacangan yang numpang tenar dengan ikut berkomentar tentang kasus ini. 

Akbar telah merintis karir politik semenjak masih mahasiswa. beliau adalah salah seorang mantan Jetua Umum PB HMI, sebuah ormas terbesar di Indonesia. tidak main-main rekam jejaknya. tidak sembarangan orang dapat berkarir di HMI, apalagi bisa sampai menduduki jabatan puncak yaitu Ketua Umum. Akbar adalah sosok yang flamboyan, santai dan tidak mudah tepengaruh. terlihat dari mimik bicaranya saat diwawancarai wartawan ataupun saat talkshow, begitu datar. tidak terlihat sama sekali mimik cemas atau gentar.

hingga pada akhirnya kebenaran berbicara dan pengadilan kasasi memutuskan bahwa Akbar Tandjung tidak bersalah. partai yang dipimpinnya pun survive hingga sekarang. padahal banyak orang yang menginginkan partai itu dibekukan atau bahkan dibubarkan, karena partai itu adalah motor penggerak rezim orde baru. tidak hanya survive, tapi partai tersebut masuk jajaran 3 besar pemenang pemilu.

luar biasa.

sebenarnya kalau kita mau berpikir cerdas dan jernih, kasus yang membelit Akbar Tandjung adalah sengaja untuk di blow-up atau setidaknya Akbar membiarkannya menggelinding bak bola salju. itu adalah taktik dan strateginya untuk menyelamatkan partai sekaligus membesarkannya. tapi tak ada yang melihat itu. semua orang tersedot pandangannya pada 'baju' bukan substansi masalah.

bagaimana bisa?

begini....

saat itu masyarakat sedang dilanda sentimen orde baru yang cukup akut. semua orang tanpa tahu masalah yang sebenarnya membenci orde baru berikut perangkatnya, tak terkecuali partainya Akbar Tandjung. masyarakat terlanjur antipati dengan partai itu yang begitu berkuasa dan seolah kebal hukum pada masa orde baru. begitu reformasi bergulir, orang-orang yang dulunya berada di partai itu pun berlari menyeberang ke partai lain untuk menyelamatkan diri. 

melihat penurunan elektabilitas partainya yang semakin tajam, Akbar pun merancang strategi yang dahsyat. secara kebetulan ada kasus yang membelitnya. kasus itu sebenarnya tidak menyangkut Akbar secara substansial. namun karena sejalan dengan Grand strateginya, maka ia membiarkan kasus itu berjalan. awalnya pemberitaan tak sebesar kala Akbar menjadi tersangka. tapi begitu statusnya naik dari saksi menjadi tersangka, pemberitaan pun membesar. setiap lapisan masyarakat tertuju pikirannya dan menunggu hasil putusan sidang. setiap hari pemberitaan muncul mengenai Akbar dan perkembangan politik terakhir yang menyangkut Akbar.

tapi disinilah inti permainan politik yang sedang dijalankan Akbar Tandjung.

ia membiarkan semua orang berbicara bahkan menuduh dan berbicara seenaknya, dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa partainya itu tidak kebal hukum. juga untuk menunjukkan bahwa partainya telah berubah menjadi partai yang sejalan dengan agenda reformasi dalam bidang pemberantasa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 

masyarakat pun akhirnya mengikuti permainan ini. bahkan menikmatinya menggantikan sinetron yang mudah ditebak endingnya. kasus ini seolah penuh teka teki.

perlahan orang mulai melupakan keburukan partai dan berganti pada Akbar. masyarakat saat itu melihat bahwa "Akbar adalah partai, dan partai adalah Akbar"

elektabilitas partai Akbar pun mulai menanjak naik. dan begitu ia diputuskan tidak bersalah oleh MA, seketika itu posisi partai telah tinggi. ekspektasi masyarakat terhadap warisan Orde baru itu pun telah berubah. tidak lagi menganggapnya sebagai partai yang korup dan kebal hukum. juga tak tergoyahkan pada posisi 3 besar partai pemenang pemilu.

kita kembali ke masa sekarang........

dalam politik strategi semacam itu dikenal dengan sebutan ikan-ikanan. Dalam ilmu komunikasi, khususnya dalam teknik negosiasi, taktik Akbar ini dikenal dengan strategi negosiasi yang terkenal yaitu: “Tunjukkan sedikit kebodohan, buat lawan emosi, dan bermanuverlah”. Tujuan jangka panjang harus menjadi pijakan dalam bernegosiasi, bukan jangka pendek yang terkesan instan.

orang yang tak mengerti taktik dan strategi ini, akan terfokus pada ikan-ikanan yang diapungkan di air, tapi tidak melihat hal yang sesungguhnya terjadi didalam air.

saya tertarik untuk mengulas Anas Urbaningrum. tidak hanya karena ia juga mantan Ketua Umum PB HMI yang sekarang juga sedang menjabat Ketua Umum sebuah partai penguasa (mirip sekali dengan Akbar Tandjung), tapi juga karena dia adalah tokoh nasional di usia yang masih belia.

kalau saya melihat secara jernih, taktik dan strategi yang dipakai oleh Anas dalam menghadapi kekacauan politik saat ini sama persis dengan yang dilakukan Akbar Tandjung. Anas pun bukan orang yang sembarangan. ia sudah lama berkarir di politik, juga saat masih mahasiswa ia memulainya. ia menghadapi orang dengan cara yang pintar. gaya bicaranya pun sangat kalem dan datar, sama dengan Akbar.

lihat saja dari memainkan emosi lawan. sengaja memasang tampang bodoh, berbicara ngawur, ditanya ini jawabnya yang lain, dan seakan-akan tak menguasai permasalahan yang ditanya oleh wartawan.


Sejak kasus Nazarudin mencuat dan terus-terusan menjadi pemberitaan utama media massa, secara terang-terangan mereka berusaha menyudutkan posisi Anas. Serangan dari Nazarudin maupun politisi kutu loncat seperti mister "RS" dan konco-konconya ibarat psywar (perang psikologis) untuk menjatuhkan mental Anas. Bahkan, kini tekanan ke Anas semakin gencar. Mungkin ada kepentingan lain. Diisukan di berbagai media, serangannya kini mengarah ke tahtanya, mengguncang posisinya sebagai Ketua Umum Partai.

Tapi, Anas rupanya tak mau peduli dengan semua itu. Lihat saja misalnya status-statusnya di twitter, banyak yang berisi “makanan dan bola”. Bahkan ia memiliki tema khusus tentang makanan yang disebut “Spektakuliner”. Ia pun rajin men-twit masalah “Bola”.

Tak hanya itu, ia dengan tenang dan santai saja ketika ditanya masalah tuduhan yang dialamatkan padanya oleh Nazarudin. Begitu juga dalam menanggapi isu posisinya sebagai Ketua Umum Partai. Persis seperti Akbar, ia tunjukkan strategi seperti tak mengetahui permasalahan, tertarik pada masalah keseharian yang sepertinya “remeh temeh”, tetapi sesungguhnya itu adalah triknya untuk memenangkan pertarungan.

Di sela-sela keriuhan isu pergantian Ketua Umum Partai, Anas malah dengan tenangnya panen tdang di Indramayu. Bukan sekali ini saja ia menunjukkan hal demikian. Selalu demikian, ia menyibukkan dengan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan isu yang beredar. Di dunia bola, Anas juga menggagas klub “Tunas Garuda”.

Memang bingung jika tak tahu apa sebenarnya yang sedang ditunjukkan oleh Anas. Tapi, berkaca dari kasus Akbar Tandjung di atas, sepertinya Anas sedang memainkan sebuah strategi yang amat dahsyat. mengingat masyarakat saat ini lebih mejemuk dan oportunis dibanding zaman Akbar Tandjung. 


Apakah ia akan memenangi pertarungan atas apa yang dituduhkan padanya? Kita lihat saja kepiawaiannya sebagai tokoh politik. Tentu ia punya strategi sendiri dan punya tujuan sendiri atas apa yang ditunjukkan olehnya pada publik selama ini.


oke... untuk menutup tulisan ini, saya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh seorang tokoh politik yang juga cerdik sebagaimana Akbar dan Anas:


Sebagian orang menginginkan sesuatu tanpa memiliki ide bagaimana mendapatkan hal itu. Tetapi aku tahu apa yang aku inginkan dan karena hal lain yang layak aku persiapkan“. (Klemens von Metternich, Menteri Luar Negeri Austria, 1773-1859)






sekian



Selasa, 07 Februari 2012

Terimakasih, Bapak...

dalam sebuah buku karangan Max Webber disebutkan bahwa Kepemimpinan adalah  proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.   Lebih dari seabad yang lalu ia meneliti tentang Kepemimpinan Karismatik. ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa.

folks...


5 bulan yang lalu, saya mendapat surat mutasi ke Bappeda. awalnya saya adalah seorang abdi yang bertugas di Instansi Rumah Sakit Umum. Mutasi, dalam tata pemerintahan adalah suatu hal yang wajar dan lumrah. hal itu dilakukan sebagai upaya penyegaran juga sebagai upaya optimalisasi kinerja. itulah awal saya merasakan sebuah ritme kerja yang luar biasa cepat, dinamis dan penuh tantangan.

saya datang ke Bappeda dengan bekal seadanya. saya berpikir, bekal yang saya punyai itu sudah lebih dari cukup untuk mengarungi pengalaman baru di Bappeda.

ternyata saya salah. 

saya ibarat orang yang baru keluar dari hutan belantara dengan pakaian compang-camping dan masuk ke sebuah kota yang semuanya serba canggih. banyak hal-hal baru dan sama sekali asing buat saya. ditambah lagi determinasi yang tinggi membuat saya benar-benar berada dalam sebuah tekanan. bagaimana tidak, saya yang awalnya hanya berkutat di masalah administratif, kali ini dihadapkan pada persoalan yang bersifat regulatif. mulai dari Nota Dinas hingga Kerangka Acuan Kerja. mulai dari persiapan sebuah rapat hingga menjadi sebuah laporan akhir. semua itu menjadi makanan saya sehari-hari.

saya benar-benar 'down'...

di Bappeda ini saya bekerja di bidang Sosial Budaya. pada suatu ketika saya sebagai staf dan teman-teman yang lain mendapat tugas untuk membuat Kerangka Acuan Kerja. hal itu merupakan benda asing bagi saya. butuh waktu untuk menyelesaikannya. hingga batas akhir waktu yang ditetapkan, saya tak dapat menyelesaikan. dan ketika tiba waktu untuk mempresentasikan kerangka acuan kerja kami, jadilah saya bulan-bulanan. banyak kritik keras disana-sini. lagi-lagi saya 'down'. namun ketika hendak pulang, Ibu pimpinan saya memberikan semangat pada saya. beliau nyalakan kembali semangat saya agar tak menyerah dalam belajar. 

sering dalam sholat saya mengeluh pada Tuhan: "mengapa saya di takdirkan untuk berada di kandang 'Singa'  ini sih..?" begitu ucap saya suatu kali.

ketika saya berbincang dengan istri pada suatu malam, bukannya belaian manja yang saya dapatkan. ia justru menasehati saya untuk 'belajar' lebih keras lagi. tentu hal ini mengecewakan saya. 

pernah pada suatu ketika saat sedang rapat bidang. masing-masing staf memiliki tugas yang harus diselesaikan. bisa ditebak, saya menjadi sasaran tembak semua orang. karena hanya saya yang tak mampu menyelesaikan.

semua ini benar-benar menempatkan saya pada posisi yang nyaris angkat tangan.

hingga pada suatu hari, bidang saya rapat kerja dengan Kepala Bappeda. saya yang memang seorang pemimpi, tentu memiliki imajinasi-imajinasi. saya bermaksud mengeluarkan sebuah ide, tapi nyali yang saya miliki tiba-tiba saja menciut kala hendak menyampaikannya. 

disinilah letak kewibawaan seorang pemimpin saya lihat.

Kepala Bappeda itu rupanya dapat membaca gesture. saya yang awalnya mengurungkan niat untuk bicara, akhirnya beliau minta untuk menyampaikannya dalam forum itu. apakah semua pemimpin seperti itu? entahlah, yang pasti dari sekian puluh rapat yang pernah saya ikuti, baru kali ini niat yang hanya terucap dalam hati saya dapat terbaca oleh orang yang bahkan jarang sekali berbicara secara langsung dengan saya.

ini adalah semacam 'gift' untuk saya. saya tidak pernah diperlakukan se-istimewa ini oleh seorang pimpinan. 

dulu, saya melihat Bapak hanya sebagai Kepala Satker saja. tapi sejak kejadian itu, saya menganggap beliau sebagai seorang pemimpin. beliau memiliki karakter. dan yang pasti perhatian terhadap bawahan.

siapa saya, sampai-sampai beliau sedetail itu membaca sebuah 'gesture' seorang bawahan.

sejak dari itu, saya pun terpacu untuk kembali bekerja dan belajar dengan keras. tak jarang saya pulang membawa pekerjaan yang belum selesai. saya seperti menemukan sebuah semangat kerja baru. saya pun sedikit-demi sedikit bertanya mengenai beliau pada karyawan yang lama. ternyata beliau memiliki segudang prestasi yang berhasil ditorehkan untuk Kota ini. sebut saja Kota Sehat, ABMP, GSP-SMA dan segudang lagi hasil karya yang tak dapat saya sebut satu persatu.

beliau mampu mengangkat kinerja stafnya untuk bekerja seoptimal mungkin namun kami sebagai stafnya merasa senang dan seperti hanyut dalam sebuah ritme kerja. memang ada beban yang saya rasakan, tetapi ketika melihat kebelakang dan menatap hasil kerja yang telah terselesaikan, kami seperti merasa takjub dan seolah tak percaya berhasil melalui ini semua.

sayang, saya berkesempatan untuk belajar dari beliau hanya sebentar. karena tadi pagi beliau berpamitan karena mutasi untuk berdinas di Satker yang lain. tapi saya bersyukur bisa belajar dan mengenal sesosok pemimpin seperti beliau. saya pun bersyukur bekerja pada bidang yang sangat kental dengan aura kekeluargaan seperti Sosbud pada khususnya dan Bappeda pada umumnya. lingkungan kerja disini benar-benar telah mendidik saya dengan keras tentang arti sebuah karya, karsa dan cipta yang tertuang dalam sebuah budaya kerja.


saya benar-benar bersyukur berada disini. walaupun awalnya saya menganggap sebagai kandang Singa, namun justru disinilah saya dapat belajar berlari kencang untuk menghindari terkamannya.


finally...


mutasi (mungkin) masih akan terus berjalan sampai kapanpun. saya pun tidak tahu sampai kapan akan mengabdi di Bappeda. tapi itu semua sama sekali tak merisaukan saya, karena dimanapun nantinya saya akan berada, spirit beliau tentang arti sebuah pengabdian akan selalu saya pegang teguh.

mungkin saya tak dapat mengekspresikan kesedihan saya dengan air mata, namun sebagaimana beliau dapat membaca gesture saya saat rapat kerja dulu, saya yakin beliau tahu saya pun merasa kehilangan lewat tulisan ini. tak banyak yang dapat saya sampaikan kepada beliau selain ucapan:

"Terimakasih, Bapak...."


sekian.






Senin, 06 Februari 2012

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah...

teman-teman mungkin masih ingat telenovela yang berjuduk "little missy"...? telenovela itu diputar sekitar tahun 90-an di TVRI. telenovela itu berkisah tentang persahabatan seorang anak gadis dengan para budak milik orang tuanya...




bla...bla..bla...




mungkin cerita di telenovela tersebut banyak yang didramatisir dan dikisahkan dengan lembut. padahal sesungguhnya cara "Tuan Baron" memperlakukan budak tidak lebih baik daripada memperlakukan hewan piaraan. tak jarang para budak itu disiksa dan tidak diberi makan. nyawa mereka seolah tak ada harganya.




nah,, di Amerika Serikat pernah melegalkan kegiatan perbudakan. sebagaimana terjadi dibelahan dunia yang lain, perbudakan selalu saja melibatkan orang kulit hitam. sejarah perbudakan di AS bertahan sejak lama. bahkan jauh sebelum negeri itu berdiri di 1776. sebelum abad ke-16, lembaga perbudakan ada hampir di seluruh dunia. baru pada pertengahan abad ke-16, muncul suara-suara protes dari kalangan gereja yang menyerukan penghapusan perbudakan. salah satu sekte Kristen yang terkenal dengan semangat anti-perbudakan adalah Quaker. menurut mereka, perbudakan adalah praktik yang un-Christian , tidak Kristiani. 




sekitar tahun 1865, perbudakan berhasil dihapus secara resmi di AS melalui amandemen ke-13, persis setelah perang sipil yang berlangsung selama lima tahun (1861-1865) di negeri Paman Sam itu. 




akan tetapi, praktik diskriminasi terhadap mantan budak masih terus bertahan, terutama di bagian Selatan. praktik segregasi itu bahkan disahkan melalui doktrin hukum yang terkenal saat itu: equal but separate




inti doktrin itu adalah orang-orang kulit hitam (belakangan lebih dikenal dengan sebutan African-American) dianggap sebagai warga negara yang sama dengan warga lain, tetapi mereka tak diperbolehkan berbaur dengan warga lain itu, terutama yang berkulit putih. 




penganut doktrin ini beranggapan bahwa praktek 'equal but separate' tak berlawanan dengan amandemen ke-13. dengan doktrin ini, orang-orang kulit hitam tak bisa bersekolah di tempat yang sama dengan orang-orang kulit putih. mereka dilarang masuk ke tempat-tempat umum dimana orang kulit putih ada di sana, seperti di restoran, pub, bar, bahkan toilet. 




orang-orang kulit hitam itu bisa dibilang sebagai warga negara kelas tiga. orang kulit hitam memang dianggap sebagai warga negara yang sah dan sama kedudukannya dengan warga lain, tetapi mereka seperti 'dikarantina' di tempat yang terpisah. praktik segregasi baru dinyatakan ilegal oleh Mahkamah Agung (Supreme Court) AS pada 1954 melalui suatu keputusan yang dikenal dengan Brown v. Board of Education. hasil pengadilan ini menyatakan bahwa seluruh praktik segregasi di sekolah-sekolah AS tidak sah dan bertentangan dengan konstitusi. seluruh sekolah diharuskan untuk mengintegrasikan murid-murid kulit hitam dengan murid-murid kulit putih. de-segregasi ini diharuskan di tempat-tempat publik yang lain.





semua sekolah (tentu dengan rasa enggan / terpaksa) menaati aturan ini. tetapi ada perkecualian yang kemudian pecah sebagai insiden yang menghebohkan seluruh Amerika pada tahun 1957. insiden itu terjadi di sebuah sekolah menengah di kota Little Rock, yakni Little Rock High School. 




nah inilah inti cerita itu....




menindaklanjuti hasil pengadilan itu, NAACP (National Association for the Advancement of Colored People), sebuah LSM yang berjuang untuk membela hak-hak sipil warga kulit hitam, berencana untuk mendaftarkan sembilan murid hitam di Sekolah Little Rock yang seluruh muridnya berkulit putih. 

kepala sekolah setuju. 

rencananya, kesembilan murid itu akan mulai masuk pada musim gugur 1957, persisnya pada 4 September 1957. namun rencana ini kemudian diprotes oleh kelompok kulit putih yang pro segregasi. mereka mendatangi sekolah itu dan menghalang-halangi kesembilan murid tersebut untuk masuk gerbang sekolah. 


yang lebih dramatis..... Gubernur negara bagian Arkansas (Orval Faubus) mendukung kaum segregasionis itu, dan tak main-main, ia mengirimkan tim Garda Nasional dari Arkansas untuk membantu kaum kulit putih mencegah sembilan murid hitam memasuki halaman sekolah. 



sembilan murid hitam itu akhirnya gagal masuk sekolah. 



murid yang masih ingusan itu, dicegat oleh barisan tentara Garda Nasional. mereka juga menjadi sasaran cemoohan dan pelecehan massa kulit putih yang meneriakkan yel-yel, “Two, four, six, eight... We ain’t gonna intregrate!” mereka mengejar dan memukuli para wartawan yang meliput peristiwa itu. kejadian ini langsung menjadi isu nasional yang menyedot perhatian seluruh warga Amerika. 




melihat tindakan Gubernur Arkansas yang nyata-nyata melawan keputusan Mahkamah Agung ini, Presiden Dwight D.Eisenhower langsung turun tangan. dia meminta Gubernur Faubus menemukannya secara pribadi, dan memerintahkan agar dia tak membangkang dari keputusan Pengadilan. 




Gubernur Faubus rupanya tak menggubris. 




terjadilah ketegangan antara pemerintah federal dan negara bagian. 




Presiden Eisenhower akhirnya mengambil alih masalah 'kecil' kota Little Rock ini. dia mengirim tim Divisi airborne 101 dari Angkatan Darat AS ke Arkansas untuk melindungi sembilan murid kulit hitam itu. 




tindakan Presiden Eisenhower berhasil. 




pada 23 September 1957, untuk kali pertama, sembilan murid itu berhasil masuk sekolah dengan dikawal oleh 1.200 pasukan AD Amerika...!!




Presiden Eisenhower juga mengambil tindakan drastis lain - memfederalisasi tim Garda Nasional Arkansas dan menempatkannya langsung dibawah komando presiden, bukan lagi di bawah Gubernur Faubus . Tujuannya jelas: agar Gubernur Faubus tak menggunakan tentara garda itu untuk melawan pemerintah federal. 




luar biasa... 




sembilan murid kulit hitam di sebuah kota yang jauh dari ibukota Washington, masuk sekolah dengan dikawal oleh 1.200 tentara. hak mereka untuk sekolah akan dibatalkan oleh seorang gubernur, dan seorang presiden langsung turun tangan melindungi murid-murid yang masih belia itu. keberanian Presiden Eisenhower untuk langsung turun tangan dan ambil alih masalah ini, merupakan 'kebajikan kepemimpinan' (virtue of leadership) yang layak diteladani. tentu saja, tindakan Presiden Eisenhower ini kontroversial, dan ditentang oleh orang-orang kulit putih di wilayah Selatan yang umumnya masih pro segregasi. tetapi, konstitusi tetaplah konstitusi, dan harus ditegakkan. 



saya mengangkat kisah tentang perbudakan ini sebagai tulisan pembuka bukan berarti saya ingin mengangkat tema tersebut dalam tulisan saya. saya merasa tidak mungkin untuk menulis tentang perbudakan di Indonesia, selain karena minimnya perbendaharaan literal saya mengenai itu, saya pun melihat perbudakan di Indonesia sangat samar karena terjadinya pada masa penjajahan belanda juga pilihan kata yang digunakan pun absurd seperti 'eksploitasi' dsb. jadi saya tidak akan menulis tentang itu.


saya bermaksud menuliskan tentang "kebajikan kepemimpinan" (virtue of leadership). 




sebagaimana kita ketahui bersama, krisis ekonomi jilid II yang terjadi karena krisis utang eropa saat ini, telah menghantam sendi-sendi perekonomian dunia di berbagai aspek (eks-im, hulu-hilir dsb). bahkan kalau beleh jujur, krisis saat ini lebih dahsyat daripada krisis ekonomi jilid I yang terjadi akibat permainan saham George Soros. bila krisis ekonomi jilid I atau yang populer disebut krismon itu mengakibatkan kenaikan harga pangan dunia akibat "bubbles commodity" yang berawal dari boomingnya biofuel, namun untuk krisis ekonomi jilid II ini lebih kompleks lagi karena diakibatkan krisis utang eropa yang sangat akut.


menanggapi terjadinya krisis ini, pemerintah boleh saja menepuk dada dengan menunjukkan sejumlah data yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi diatas 6,5%. kita menjadi negara yang memiliki perekonomian positif saat negara-negara lain di kawasan asia tenggara (bahkan asia) menuai respons negatif. maka tak pelak negara kita pun berubah menjadi sebuah negara tujuan investasi dunia (investment grade). sebagai warga negara, saya bangga atas itu. luar biasa bangga. sebab selama ini yang menjadi berita di stasiun televisi dunia tentang negeri kita hanyalah mengenai ranking korupsi yang tak kunjung membaik. berita mengenai investment grade ini bagai sebatang lilin ditengah gelap gulita, bagi pelaku bisnis besar, bagi pemilik korporasi raksasa juga pemilik holdings company kelas dunia.


tapi bagaimana dengan pelaku UKM? bagi pedagang di pasar, pedagang eceran atau kios-kios kecil dipinggir jalan, apa makna sebenarnya dari angka 6,5% itu?



dua hari yang lalu saya sengaja mengantar istri saya belanja di pasar. bukan hanya mengantar sampai di gerbang dan kemudian duduk diatas motor sambil baca koran, tapi saya benar-benar masuk kedalam dan melihat kondisi didalamnya. alangkah terkejutnya saya. selain kondisi pasar yang memprihatinkan karena sanitasi yang buruk dan becek akibat hujan, kebanyakan pedagang di dalam pasar mengeluh karena sepinya pembeli. saya heran. karena disaat pengunjung ramai, tapi mengapa dagangan sepi?



fakta yang terjadi dilapangan benar-benar bertolak belakang dengan angka pertumbuhan ekonomi saat ini. para pelaku ekonomi mikro, kecil dan menengah sedang menjerit karena tingginya berbagai bahan pokok dan merosotnya daya beli masyarakat. untuk dicatat, bahwa saya menuliskan ini bukan sebagai bentuk pesimistis terhadap masa depan perekonomian Indonesia, tapi saya sekedar berkicau untuk menyampaikan pandangan jujur dan alakadarnya tentang fakta dilapangan. anggaplah otokritik kecil-kecilan. atau pelengkap data yang sudah disajikan. jika data sebelumnya adalah serangkaian angka yang menggembirakan, maka ini adalah fakta yang sedikit menyedihkan. itu saja.


lanjut......hehehehe


secara logika kasar, harusnya pertumbuhan ekonomi seperti itu dapat memberikan angin segar bagi industri kecil dan mikro, termasuk UKM. dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar itu, otomatis tingkat inflasi hanya akan berada di kisaran 3 hingga 4% saja, yang berarti naiknya daya beli masyarakat. tapi lihatlah faktanya. data tinggallah data. setiap kali masuk ke pasar, yang kita dapati hanyalah keluhan tentang sepinya dagangan mereka. kenapa pasar? karena pasar adalah tempat bertemunya 75% masyarakat yang sebagian besar adalah golongan ekonomi kecil dan menengah, dimana jumlah masyarakat yang berada di golongan tersebut adalah 80% dari total populasi masyarakat indonesia yang berjumlah 230 juta. jadi menurut saya, adalah tepat menjadikan pasar sebagai indikator utama perekonomian.


contoh yang paling sederhana, coba tanyakan pada salah satu ibu-ibu yang sedang berbelanja di pasar (tanya saja secara random). kebanyakan mereka akan menjawab: "duh, keadaan sekarang jauh beda dengan dulu. kalau dulu uang 30 ribu dapat kebutuhan pokok, tapi sekarang uang 30 ribu seperti tak ada nilainya.."


itu adalah salah satu jawaban yang paling sering terlontar dan saya pikir itulah  indikator paling mudah untuk kita dapatkan untuk menggambarkan situasi saat ini.


tak perlu saya tuliskan tentang pertumbuhan ekonomi, kebijakan moneter, fiskal ataupun tingkat inflasi yang membikin pusing kepala dan belum tentu kita semua paham. cukup kita ambil sampel saja lalu lihat itu sebagai fakta dilapangan. betapa masyarakat merasakan beratnya beban hidup saat ini. sering saya bertanya pada diri sendiri, sebenarnya data yang menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% itu berasal dari mana? apa saja indikatornya? faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya?


saya setuju dengan ucapan Steve Jobs : "stay hungry, stay foolish"


itu pula yang membuat saya senang untuk terus merasa bodoh. sebab justru karena bodohlah saya senantiasa bertanya tentang hal-hal yang belum saya ketahui, tanpa beban. sebab jika saya merasa pandai,  maka saya akan malu untuk bertanya tentang hal-hal yang tak saya ketahui. biarlah saya menjadi orang yang selalu merasa bodoh diantara jutaan orang-orang (yang merasa) pandi di Republik ini. oleh sebab itu wajar saya seringkali membuat tulisan yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan. bahkan mungkin orang-orang itu akan tertawa jika membaca saya, karena mungkin ini bertentangan dengan teori ekonomi yang ada.

hahahaha.... apalah artinya teori jika tak dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya...???

8 tahun yang lalu, saat masih menjadi mahasiswa, saya sudah mempelajari dan berdiskusi mengenai teori ekonomi mikro/makro, kebijakan moneter, fiskal maupun pasar. jadi itu bukan barang baru bagi saya. sehingga kalau ada yang mau mendebat tulisan saya ini dengan teori-teori itu maka saya berharap tidak sekedar teori, tapi juga disertai fakta. biar fair.


dan pertanyaan mengenai pertumbuhan ekonomi ini masih menjadi sebuah pertanyaan besar untuk saya. bukan karena belum ada penjelasan mengenai itu. hanya saja penjelasan yang ada masih terasa ganjil bila dihadapkan pada realita. apakah saya harus mengambil jawaban yang tidak relevan itu sebagai jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut? jika iya, itu berarti sama saja saya mengambil kompas rusak untuk dijadikan alat bantu navigasi ketika saya tersesat ditengah hutan belantara.


berbicara mengenai kebajikan kepemimpinan (virtue of leadership), terus terang saya angkat topi terhadap terobosan yang dibuat oleh mantan wapres Jusuf Kalla. beliau begitu cermat dan cepat dalam bereaksi mengenai hal ini. lihat saja program BLT, PNPM Mandiri, BOS dan sebagainya. program-program itu merupakan terobosan yang beliau ciptakan untuk mendistorsi kesenjangan sosial yang ada. walaupun dalam implementasinya terdapat kekurangan disana-sini, namun itu hanya bersifat normatif, bukan inti kebijakan itu sendiri. semua kekuarangan tersebut dapat diselesaikan ditingkat monitoring dan evaluasi.


BLT misalnya, merupakan model pemerataan yang banyak diadopsi dari negara-negara sosialis seperti argentina, brazil dan bolivia. dilihat dari antusiasme masyarakat miskin saat merespons program ini, saya pikir program ini cukup berhasil. namun entah mengapa program ini tiba-tiba saja menghilang seiring pergantian tongkat kepemimpinan.


virtue of leadership semacam inilah yang saya pikir perlu menjadi acuan dalam mendesain perekonomian bangsa saat ini. yaitu re-distribusi ekonomi. boleh saja kita bangga melihat geliat ekonomi makro yang cukup mengharumkan nama bangsa kita di mata internasional yang telah menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi, tapi kita juga tak boleh menutup mata pada persoalan ekonomi mikro terutama UMKM karena telah menyumbang sedikitnya 33,08% terhadap PDB. diperlukan adanya semacam stimulus ekonomi yang diberikan pada mereka yang rata-rata mengalami kesulitan dalam mendesain dan memasarkan produk karena kualitas SDM yang minim. ada baiknya sektor ini lebih diolah agar dapat berkontribusi secara optimal pada akhirnya. sektor UMKM ini telah banyak membantu pemerintah dalam menurunkan angka pengangguran. mereka mampu menyedot tenaga kerja cukup banyak. memang jumlah pengangguran yang diangkat oleh UMKM ini sangat kecil bila dilihat secara per unit, jumlahnya tak seberapa. tapi jika dilihat secara keseluruhan, dimana jumlah UMKM di Indonesia ada 59 juta unit, maka silahkan hitung sendiri jika masing-masing UMKM dapat memberdayakan setidaknya 4 orang pekerja saja.


well.....


jika di Amerika Serikat, Presiden Dwight D.Eisenhower mampu membuat gebrakan atas diskriminasi yang dialami warga kulit hitamnya, maka adalah hal yang luar biasa bila pemerintah kita melakukan hal serupa terhadap pelaku UMKM yang senantiasa dipandang sebelah mata...



sekian.