Selasa, 27 Maret 2012

Cerdas Cermat..

saya masih ingat acara di TVRI yang tayang kala saya masih duduk di bangku SD, Cerdas Cermat. acara ini adalah semacam quiz yang mempertarungkan kecerdasan dan kejelian para pelajar tingkat SMP dalam menjawab dan menterjemahkan pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara.

kelompok-kelompok diskusi yang berkompetisi disana adalah pelajar-pelajar pilihan dari sekolah-sekolah yang tentu telah melewati berbagai seleksi yang ketat.

perpaduan kecepatan menjawab, ketepatan jawaban dan kecermatan menelaah soal, menjadi kunci dari quiz ini.

tak jarang muncul pertanyaan-pertanyaan yang menjebak. sebuah pertanyaan yang bila tidak dicermati benar tiap kata-katanya, maka akan terperosok pada jawaban yang keliru. 

hehehe...

seru. saya suka sekali program acara ini. mendidik dan berwawasan namun tetap memiliki sisi hibur yang memadai. semoga saja televisi di Indonesia yang semakin menjamur dapat menyajikan program-program tayangan seperti ini agar masyarakat semakin cerdas dan cermat, tak melulu menayangkan sinetron atau tayangan-tayangan yang utopis dan hanya menjual mimpi belaka. 

ngomong-ngomong soal cerdas cermat, saya jadi terpancing untuk berpikir lebih jeli lagi, lebih dalam lagi dan mengurai lebih jernih mengenai kenaikan BBM yang tinggal menunggu hari.

seperti kita ketahui bersama, bahwa Pemerintah (terpaksa) menaikkan harga BBM yang dikarenakan makin meroketnya harga minyak dunia. citra Pemerintah (yang dalam hal ini dipersepsikan sebagai Presiden SBY oleh para politisi), menjadi sebuah pertaruhan yang cukup besar. tidak tanggung-tanggung, ancaman yang sering terdengar di lapangan adalah lengsernya sang Presiden. 

media-media seolah membuka kran yang cukup lebar bagi para penolak kenaikan harga BBM sehingga masyarakat seolah digiring pada sebuah common opinion yang menggambarkan bahwa dunia akan kiamat kalau BBM naik. kesengsaraan akan makin merajalela dan kelaparan kian membabi buta.

isu itulah yang terus menerus dihembuskan oleh sekelompok orang atau parpol tertentu. peluang yang bagus memang untuk menaikkan popilaritas. namun jika benar bahwa yang dilakukan adalah popularitas demi suatu tujuan tertentu dan bukan murni untuk membela rakyat, saya pikir, inilah wujud serigala berbulu domba dalam artian yang sebenarnya.

saya tidak ingin bersuara melawan force majeur yang terlanjur terbentuk melalui opini publik.. percuma. apalah artinya suara kecil ini dibanding mic-mic yang dikeluarkan melalui sound system berkekuatan ribuan megawatt. atau media-media besar yang siap pasang badan untuk menyuarakan sisi minor dengan tujuan politis tanpa menyodorkan sisi positif yang didapat dari kenaikan harga BBM ini.

saya hanya ingin menyodorkan beberapa fakta berupa data, yang (mudah-mudahan) dapat menjadi acuan berpikir bahwa kenaikan harga BBM tak lagi dapat kita hindarkan.

berikut saya paparkan dalam bentuk point per point agar mudah kita untuk memahaminya.

1. Indonesia BUKAN negara pengekspor minyak bumi.
dalam berbagai demonstrasi, seringkali didengungkan suatu pikiran bahwa Indonesia adalah salah satu negeri yang kaya minyak dan sekaligus eksportir minyak dunia. data itu memang benar JIKA demonstrasi dilakukan sebelum tahun 2008!!! Indonesia memang sempat menjadi negara kaya minyak bumi ditahun-tahun sebelum itu, buktinya Indonesia bisa masuk ke negara-negara pengekspor minyak bumi OPEC. 

tetapi itu dulu......

sekarang??

produksi minyak mentah Indonesia terus mengalami penurunan. tahun 1996 Indonesia mampu memproduksi 485 573.80 juta barel, sedangkan tahun 2010 hanya mampu memproduksi 300 923.30 juta barel. selama 10 tahun turun 184650.5 juta barel. (sumber data BPS) dan sejak bulan Mei 2008 Indonesia mengumumkan bahwa telah mengajukan surat untuk keluar dari OPEC, mengingat Indonesia kini telah menjadi importir minyak (sejak 2003) atau net importer dan tidak mampu memenuhi kuota produksi yang telah ditetapkan. 

2. Negara kita sangat bergantung pada harga minyak dunia
para politisi selalu mengatakan bahwa APBN kita tak akan 'jebol' hanya karena tidak menaikkan harga minyak, karena kita adalah produsen minyak. 

ini adalah pemikiran yang sangat dangkal, tak berdasar dan tentu saja menyesatkan. 

mengapa?

seperti yang telah saya ulas pada poin pertama, bahwa sejak bulan Mei tahun 2008 Indonesia telah keluar dari OPEC karena sudah tidak dapat memproduksi minyak sesuai jumlah kuota yang ditetapkan organisasi tersebut agar tetap berada pada level eksportir minyak. kalau kita sudah bukan eksportir minyak, lalu dengan entengnya politisi tersebut mengatakan kita tak perlu menaikkan harga BBM karena kita adalah negara kaya minyak, sepertinya politisi tersebut kurang memiliki literatur yang memperkaya khazanah pengetahuannya. 

simpelnya begini: Negara kita asumsikan sebagai bapak, kemudian Rakyat (termasuk politisi anti kenaikan BBM) kita asumsikan sebagai anak, pasar minyak dunia sebagai penjual bubur ayam.

jika anak kita ada 4, sementara bapak dari anak itu hanya mampu membuat 1 mangkok bubur ayam, maka agar semua anak dapat makan bubur ayam, bapak tersebut harus membeli pada penjual bubur ayam. jika sang bapak mampu membuat bubur ayam dengan harga 4.500 rupiah, sementara  penjual bubur menjual dengan harga 9000 rupiah per mangkuk, lalu sang anak ngotot agar membeli seharga 4.500 rupiah per mangkuk. pertanyaannya, apakah mau penjual bubur tersebut menjual kepada sang bapak dengan setengah harga..???

"memangnya lo siapa..??" akan sangat manusiawi jika pedagang bubur ayam tersebut melontarkan kata-kata seperti itu. dan wajar!!

seperti itulah gambaran mudahnya tuntutan yang disuarakan demonstran. mereka menuntut harga tidak naik atau menetapkan harga sendiri, sementara minyak kita sudah TIDAK ADA di pasar minyak dunia karena telah habis untuk konsumsi dalam negeri, bahkan kurang. 

lalu apa nilai tawar kita untuk menetapkan harga minyak dunia..???? ada yang bisa menjawab..???? ah sudahlah..... dengarkan saja politisi yang sedang koar-koar di televisi, siapa tahu tangki bensin anda tiba-tiba bisa penuh dengan sendirinya...hahahahaha

3. bensin a.k.a premium dengan harga 6000 Rupiah adalah harga yang murah.
di negara-negara pengekspor minyak, memang harga bensin tak sampai 6000 rupiah, tapi itu karena mereka adalah pengekspor minya. sekali lagi mereka adalah Negara Pengekspor Minyak. what about us? silahkan baca lagi poin 1 dan 2.

di Timor Leste yang notabene adalah negara 'kemarin sore', harga bensin disana adalah pada kisaran 8000 rupiah. tak ada demo tuh disana. masa kita yang 'katanya' negara kaya raya justru teriak-teriak karena harga bensin naik 1.500 perak? ayolah....

4. BBM murah menyuburkan praktek penyelundupan BBM.

howcome?????

temans, kalian tahu harga minyak di Singapura, negara mungil tetangga kita? disana harga bensin menyentuh angka 15.000 rupiah perliter. dengan harga setinggi itu, sementara jarak negara kita dengan Singapura sangat dekat, apakah itu tidak membuka pikiran kotor para pemilik modal? keuntungan 9000 rupiah per liter!!!

siapa yang tidak tergiur untuk menyelundupkan kesana..??? hmmm....


Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menyebutkan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak positif pada peringkat surat utang Indonesia. Kebijakan itu akan membatasi dampak fiskal akibat naiknya harga minyak mentah dunia.  Saat ini, pemerintah sedang mengupayakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500 per liter dengan mengajukan RAPBN-P 2012 lebih awal. hal tersebut ditempuh untuk menghindari terjadinya defisit anggaran.

begini kawan.. kita coba tengok sekali lagi UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. did you know, bahwa batas maksimum defisit anggaran terhadap PDB adalah 3%. jika pemerintah tidak melakukan  pengurangan subsidi BBM, maka yang terjadi adalah rasio defisit anggaran kita terhadap PDB akan melonjak menjadi 3,6%!!! itu sudah jauh melampaui batas yg ditetapkan UU No 17/2003. kalau terus menerus terjadi defisit seperti itu, bagaimana kelanjutan pembangunan Negara kita, heh?? apa itu tidak lebih menyengsarakan rakyat..????

ayolah.... 

jangan meracuni rakyat dengan utopia-utopia yang sangat dangkal dan menyesatkan seperti itu. silahkan berkepentingan di 2014, tapi letakkan pada koridor yang sehat. bukankah tujuan utama berpolitik adalah untuk mensejahterakan rakyat? harusnya kepentingan rakyatlah yang menjadi nomor wahid dalam setiap langkah. tak tahu lagi kalau rakyat hanya berposisi sebagai pendulang suara, bukan lagi sebagai tujuan utama berpolitik. mohon maaf, mungkin saya yang kurang informasi, tapi sepertinya semua Presiden pernah menaikkan harga BBM, betul? hehehe


sekian. 



10 komentar:

  1. Menurut saya yang orang awam mas... harga bensin mau 16.000 atau 20.000 seliter ga masalah, yang penting hasil keuntungannya buat rakyat juga, bukan untuk segelintir orang *para koruptor*.

    BalasHapus
  2. sip!! setuju, mas... jika demikian 'bola' sekarang ada di DPR karena denger-denger mereka akan 'merevisi' UU Tipikor. mudah-mudahan aja bukan untuk mengebiri KPK.

    BalasHapus
  3. sulit menuangkan pemikiran seperti ini pada pada org yg kurang paham atau tdk mau paham, mereka beranggapan bhwa knaikan itu menyusahkan rakyat, tarif angkot makin mahal&harga2 keb pokok meningkat. bahkan apabila ada yg mengingatkan untuk tdk usah berdemo malah akan dijawab "kon ga melu demo,turu2 neng omah ae gpp, tp ga sah komentar!ngko lak regane mudhun awakmu lak yo melu seneng tha"

    BalasHapus
  4. mereka hanya belum mengerti, Na. kadang malah cuma ikutan tanpa tahu duduk persoalan. katakan saja pada mereka: "apa kalau sampean demo lantas harga BBM batal naik? mending saya tiduran dirumah" hehehe.. trims, Na

    BalasHapus
  5. Pendapat Kwik dan Anggito ttg surplus 97T migas dicounter dong... Data vs data..

    BalasHapus
  6. saya belum sehebat beliau berdua mas. Pak Anggito dan Pak Kwik adalah mentor saya meski beda pandangan. saya baru baca tadi ulasan pak Kwik, setelah ulasan ini terbit. dengan bahasa yg lebih sederhana, ulasan beliau telah terbantahkan oleh ulasan ini meski tidak saya niatkan untuk melawan beliau karena sekali lagi, saya tidak ada apa-apanya dibanding Pak Anggit maupun Pak Kwik. terimakasih

    BalasHapus
  7. yang mana mas yg menurut mas bahwa data kwik terbantahkan ? Surplus 97 T ? Indonesia memang bukan mengeksport tetapi punya ladang minyak yg dikelola asing dimana kita masih mendapat keuntungan dari pengelolaan minyak mentah tsb yg menurut kwik menghasilkan surplus 97T. Pengumpamaan tukang bubur juga gak tepat menurut saya...krn sejatinya sibapak punya uang untuk beli bubur seharga yang ditawarkan penjual bubur. Ibarat harga bubur 9rb, anak punya uang 4.5rb dan sibapak punya uang 5rb dari hasil jualan bubur juga...jadi sibapak nambahin 4.5 supaya anak bisa beli bubur n sibapak masih sisa 5ratus. Itu baru dari jualan bubur, blm jualan gas, jualan timah, jualan lahan parkir, jualan keringat rakyat aka pajak pendapatan, etc...

    *itulah pendapat ngawur saya, hehehe

    BalasHapus
  8. 1. Beberapa kenyataan yang Anda sampaikan benar, tetapi juga ada yang keliru. Pertama, kenapa pemerin tah menggunakan patokan MOPS atau harga pasar? Kenapa pemerintah tidak pernah mengungkapkan biaya pokok produksi minyak?
    2. Premium bersubsidi Indonesia tidak mungkin diselundupkan ke Singapura karena negara itu menggunakan oktan 92 (setara Pertamax Plus), bukan 88 karena tidak sesuai standar lingkungan.
    2. Jero Wacik barusan menyampaikan bahwa pemerintah mensubsidi premium Rp 3.900 per liter. Kalau kuota yang diberikan Komisi VII tahun 2012 adalah 40 juta kiloliter, maka nilainya cuma Rp 156 triliun. Kenapa pemerintah mengajukan subsidi Rp 237,15 triliun? Jawabnya, karena pemerintah akan menggunakan uang itu untuk membayar utang pada Pertamina akibat subsidi BBM tahun lalu jebol. Asal tahu saja, DPR menolak membayar utang itu karena dianggap kesalahan Pertamina yang tidak mengerem penggunaan BBM. Bahkan pemerintah mengatakan subsidi BBM bisa mencapai Rp 300 triliun tapi tidak jelas hitungannya dari mana.
    3. Komisi VII membatasi kuota karena kesal, kemerintah punya PR sejak empat tahun lalu untuk efisiensi. Pertama, program listrik 10 ribu MW yang tidak dijalankan. 2. Konversi BBM ke gas dan penggunaan kartu kendali (RFID) untuk angkutan umum. Semuanya tidak jalan karena tidak digeber. Padahal itu sangat penting untuk efisiensi.
    4. Minyak ini bancakan banyak orang. Anda pernah ingat seorang direktur perusahaan pemasok timbal di Inggris yang dihukum karena menyuap pejabat2 Migas Indonesia sementara di negeri tercinta kita ini tidak pernah diusut.Itu hanya satu kepentingan: timbal yang membuat harga premium lebih murah ketimbang Pertamax. Kenapa Petral yang menjadi broker Pertamina untuk ekspor dan impor minyak bisa rugi? Ini contoh kedua.
    Tanggapan saya ini hanya untuk pembanding saja. Bisa juga salah. Tapi pemerintah harus jujur. Beban pemerintah bisa menjadi beban rakyat bila pemerintah mengerjakan apa yang sudah dicanangkannya. Tetapi kalau tidak, hanya memindahkan beban pemerintah menjadi beban rakyat. Sebab, mereka harus mensubsidi sendiri tarif angkutan yang naik dan sembako yang akan mahal.
    Maaf kalau saya keliru. Salam!

    BalasHapus
  9. Kalau 4500 sang Bapak dari hasil penjualan seluruh beras miliknya ke tukang bubur, betapa tidak bertanggung-jawabnya sang Bapak. Seharusnya kalau dia punya beras bikin aja buburnya sendiri. Kalau nggak ada berasnya,tanam! Kan Enyak punya sawah. kalau ada lebihnya kan bisa dijual buat beli lauknya.
    Repot? Jadi bapak emang kudu mau repot, jangan mau enak naekin enyak doang.

    Kalau anak tetangga makan bubur 15000 biarin aja, bapaknya kaya pinter duit.

    BalasHapus
  10. terimakasih untuk semua.

    mas/mbak anonim: data Pak Kwik memang terkesan terperinci, namun sayangnya tidak dibarengi dengan keterbatasan Pemerintah dalam mengambil kebijakan tentang Migas, mengingat hal tersebut berkaitan erat dengan UU No 17/2003 tentang Keuangan Negara.

    Pak Alfian: jawaban Bapak sangat brilian, hal tersebut membuktikan bahwa Pemerintah dihadapkan persoalan yang sangat pelik dalam mengkaji kenaikan harga BBM. disatu sisi meroketnya nilai utang karena naiknya konsumsi BBM disisi yang lain harus menyelamatkan sektor lain yang bersinggungan erat dengan kebutuhan rakyat seperti listrik dsb.

    pemberian subsidi BBM lebih lanjut oleh pemerintah kemungkinan besar akan menyebabkan defisit fiskal hingga lebih dari batas resmi sebesar 3% dari PDB UU No 17/2003. Akibatnya, anggaran negara untuk bidang penting lainnya terpaksa dikurangi.

    padahal, menurut seorang ahli ekonomi dari Standard Chartered, subsidi BBM saat ini salah sasaran karena sekitar 90% subsidi dinikmati oleh masyarakat golongan menengah.

    positifnya, kemauan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi agar mengurangi beban APBN merupakan poin plus yang bisa berpengaruh terhadap penilaian S&P. peningkatan peringkat kredit Indonesia oleh S&P berpotensi meningkatkan jumlah investor asing yang bersedia menanamkan modalnya di negeri ini.

    salam. :)

    BalasHapus