saya masih ingat acara di TVRI yang tayang kala saya masih duduk di bangku SD, Cerdas Cermat. acara ini adalah semacam quiz yang mempertarungkan kecerdasan dan kejelian para pelajar tingkat SMP dalam menjawab dan menterjemahkan pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara.
kelompok-kelompok diskusi yang berkompetisi disana adalah pelajar-pelajar pilihan dari sekolah-sekolah yang tentu telah melewati berbagai seleksi yang ketat.
perpaduan kecepatan menjawab, ketepatan jawaban dan kecermatan menelaah soal, menjadi kunci dari quiz ini.
tak jarang muncul pertanyaan-pertanyaan yang menjebak. sebuah pertanyaan yang bila tidak dicermati benar tiap kata-katanya, maka akan terperosok pada jawaban yang keliru.
hehehe...
seru. saya suka sekali program acara ini. mendidik dan berwawasan namun tetap memiliki sisi hibur yang memadai. semoga saja televisi di Indonesia yang semakin menjamur dapat menyajikan program-program tayangan seperti ini agar masyarakat semakin cerdas dan cermat, tak melulu menayangkan sinetron atau tayangan-tayangan yang utopis dan hanya menjual mimpi belaka.
ngomong-ngomong soal cerdas cermat, saya jadi terpancing untuk berpikir lebih jeli lagi, lebih dalam lagi dan mengurai lebih jernih mengenai kenaikan BBM yang tinggal menunggu hari.
seperti kita ketahui bersama, bahwa Pemerintah (terpaksa) menaikkan harga BBM yang dikarenakan makin meroketnya harga minyak dunia. citra Pemerintah (yang dalam hal ini dipersepsikan sebagai Presiden SBY oleh para politisi), menjadi sebuah pertaruhan yang cukup besar. tidak tanggung-tanggung, ancaman yang sering terdengar di lapangan adalah lengsernya sang Presiden.
media-media seolah membuka kran yang cukup lebar bagi para penolak kenaikan harga BBM sehingga masyarakat seolah digiring pada sebuah common opinion yang menggambarkan bahwa dunia akan kiamat kalau BBM naik. kesengsaraan akan makin merajalela dan kelaparan kian membabi buta.
isu itulah yang terus menerus dihembuskan oleh sekelompok orang atau parpol tertentu. peluang yang bagus memang untuk menaikkan popilaritas. namun jika benar bahwa yang dilakukan adalah popularitas demi suatu tujuan tertentu dan bukan murni untuk membela rakyat, saya pikir, inilah wujud serigala berbulu domba dalam artian yang sebenarnya.
saya tidak ingin bersuara melawan force majeur yang terlanjur terbentuk melalui opini publik.. percuma. apalah artinya suara kecil ini dibanding mic-mic yang dikeluarkan melalui sound system berkekuatan ribuan megawatt. atau media-media besar yang siap pasang badan untuk menyuarakan sisi minor dengan tujuan politis tanpa menyodorkan sisi positif yang didapat dari kenaikan harga BBM ini.
saya hanya ingin menyodorkan beberapa fakta berupa data, yang (mudah-mudahan) dapat menjadi acuan berpikir bahwa kenaikan harga BBM tak lagi dapat kita hindarkan.
berikut saya paparkan dalam bentuk point per point agar mudah kita untuk memahaminya.
1. Indonesia BUKAN negara pengekspor minyak bumi.
dalam berbagai demonstrasi, seringkali didengungkan suatu pikiran bahwa Indonesia adalah salah satu negeri yang kaya minyak dan sekaligus eksportir minyak dunia. data itu memang benar JIKA demonstrasi dilakukan sebelum tahun 2008!!! Indonesia memang sempat menjadi negara kaya minyak bumi ditahun-tahun sebelum itu, buktinya Indonesia bisa masuk ke negara-negara pengekspor minyak bumi OPEC.
tetapi itu dulu......
sekarang??
produksi minyak mentah Indonesia terus mengalami penurunan. tahun 1996 Indonesia mampu memproduksi 485 573.80 juta barel, sedangkan tahun 2010 hanya mampu memproduksi 300 923.30 juta barel. selama 10 tahun turun 184650.5 juta barel. (sumber data BPS) dan sejak bulan Mei 2008 Indonesia mengumumkan bahwa telah mengajukan surat untuk keluar dari OPEC, mengingat Indonesia kini telah menjadi importir minyak (sejak 2003) atau net importer dan tidak mampu memenuhi kuota produksi yang telah ditetapkan.
2. Negara kita sangat bergantung pada harga minyak dunia
para politisi selalu mengatakan bahwa APBN kita tak akan 'jebol' hanya karena tidak menaikkan harga minyak, karena kita adalah produsen minyak.
ini adalah pemikiran yang sangat dangkal, tak berdasar dan tentu saja menyesatkan.
mengapa?
seperti yang telah saya ulas pada poin pertama, bahwa sejak bulan Mei tahun 2008 Indonesia telah keluar dari OPEC karena sudah tidak dapat memproduksi minyak sesuai jumlah kuota yang ditetapkan organisasi tersebut agar tetap berada pada level eksportir minyak. kalau kita sudah bukan eksportir minyak, lalu dengan entengnya politisi tersebut mengatakan kita tak perlu menaikkan harga BBM karena kita adalah negara kaya minyak, sepertinya politisi tersebut kurang memiliki literatur yang memperkaya khazanah pengetahuannya.
simpelnya begini: Negara kita asumsikan sebagai bapak, kemudian Rakyat (termasuk politisi anti kenaikan BBM) kita asumsikan sebagai anak, pasar minyak dunia sebagai penjual bubur ayam.
jika anak kita ada 4, sementara bapak dari anak itu hanya mampu membuat 1 mangkok bubur ayam, maka agar semua anak dapat makan bubur ayam, bapak tersebut harus membeli pada penjual bubur ayam. jika sang bapak mampu membuat bubur ayam dengan harga 4.500 rupiah, sementara penjual bubur menjual dengan harga 9000 rupiah per mangkuk, lalu sang anak ngotot agar membeli seharga 4.500 rupiah per mangkuk. pertanyaannya, apakah mau penjual bubur tersebut menjual kepada sang bapak dengan setengah harga..???
"memangnya lo siapa..??" akan sangat manusiawi jika pedagang bubur ayam tersebut melontarkan kata-kata seperti itu. dan wajar!!
seperti itulah gambaran mudahnya tuntutan yang disuarakan demonstran. mereka menuntut harga tidak naik atau menetapkan harga sendiri, sementara minyak kita sudah TIDAK ADA di pasar minyak dunia karena telah habis untuk konsumsi dalam negeri, bahkan kurang.
lalu apa nilai tawar kita untuk menetapkan harga minyak dunia..???? ada yang bisa menjawab..???? ah sudahlah..... dengarkan saja politisi yang sedang koar-koar di televisi, siapa tahu tangki bensin anda tiba-tiba bisa penuh dengan sendirinya...hahahahaha
3. bensin a.k.a premium dengan harga 6000 Rupiah adalah harga yang murah.
di negara-negara pengekspor minyak, memang harga bensin tak sampai 6000 rupiah, tapi itu karena mereka adalah pengekspor minya. sekali lagi mereka adalah Negara Pengekspor Minyak. what about us? silahkan baca lagi poin 1 dan 2.
di Timor Leste yang notabene adalah negara 'kemarin sore', harga bensin disana adalah pada kisaran 8000 rupiah. tak ada demo tuh disana. masa kita yang 'katanya' negara kaya raya justru teriak-teriak karena harga bensin naik 1.500 perak? ayolah....
4. BBM murah menyuburkan praktek penyelundupan BBM.
howcome?????
temans, kalian tahu harga minyak di Singapura, negara mungil tetangga kita? disana harga bensin menyentuh angka 15.000 rupiah perliter. dengan harga setinggi itu, sementara jarak negara kita dengan Singapura sangat dekat, apakah itu tidak membuka pikiran kotor para pemilik modal? keuntungan 9000 rupiah per liter!!!
siapa yang tidak tergiur untuk menyelundupkan kesana..??? hmmm....
Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menyebutkan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak positif pada peringkat surat utang Indonesia. Kebijakan itu akan membatasi dampak fiskal akibat naiknya harga minyak mentah dunia. Saat ini, pemerintah sedang mengupayakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500 per liter dengan mengajukan RAPBN-P 2012 lebih awal. hal tersebut ditempuh untuk menghindari terjadinya defisit anggaran.
begini kawan.. kita coba tengok sekali lagi UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. did you know, bahwa batas maksimum defisit anggaran terhadap PDB adalah 3%. jika pemerintah tidak melakukan pengurangan subsidi BBM, maka yang terjadi adalah rasio defisit anggaran kita terhadap PDB akan melonjak menjadi 3,6%!!! itu sudah jauh melampaui batas yg ditetapkan UU No 17/2003. kalau terus menerus terjadi defisit seperti itu, bagaimana kelanjutan pembangunan Negara kita, heh?? apa itu tidak lebih menyengsarakan rakyat..????
ayolah....
jangan meracuni rakyat dengan utopia-utopia yang sangat dangkal dan menyesatkan seperti itu. silahkan berkepentingan di 2014, tapi letakkan pada koridor yang sehat. bukankah tujuan utama berpolitik adalah untuk mensejahterakan rakyat? harusnya kepentingan rakyatlah yang menjadi nomor wahid dalam setiap langkah. tak tahu lagi kalau rakyat hanya berposisi sebagai pendulang suara, bukan lagi sebagai tujuan utama berpolitik. mohon maaf, mungkin saya yang kurang informasi, tapi sepertinya semua Presiden pernah menaikkan harga BBM, betul? hehehe
sekian.