Kamis, 22 Maret 2012

Catatan Akhir Pekan: Sebuah Cerita, Seribu Nama

hmm.... sudah lama rasanya aku tidak menulis untuk Catatan Akhir Pekan ini. hehehe.... kangen rasanya mengulas kejadian ditiap minggu. entah mengapa saya tiba-tiba saja tergugah untuk mengisi tema ini lagi. 

saya kok tergelitik soal kenaikan BBM yang akan diberlakukan pada 1 April mendatang.

sejak negara ini berdiri, yakni sejak era Ir. Soekarno hingga SBY, kenaikan BBM ini selalu saja terjadi. terulang dan terulang lagi. seolah kenaikan BBM ini menjadi semacam mimpi buruk bagi setiap Presiden yang sedang memimpin, dimanapun ia berada dan dibelahan bumi manapun. 

kenapa kenaikan harga BBM ini menjadi sebuah mimpi buruk bagi Pemerintah? 

terang saja. karena hal itu berkaitan dengan popularitasnya karena opsi menaikkan harga BBM adalah opsi yang sama sekali tak populis.

berbagai upaya dilakukan untuk meredam gejolak ini. mulai dari dimunculkannya ide tentang BLT hingga menunjukkan harga BBM di negara lain yang jauh lebih tinggi dari negara kita.

hehehe....

tak jarang penggulingan kekuasaan bermula dari BBM ini. 

lihatlah Presiden Soeharto. beliau runtuh karena kenaikan harga BBM. memang banyak yang mengatakan beliau jatuh karena krismon (lama banget kita ngga dengar kata itu..hehehe). tapi krismon hanyalah 'gong' saja, pemicunya adalah kenaikan harga BBM.

tapi apakah kejadian serupa akan dialami SBY?

jawabannya bisa iya, bisa tidak.

begini, ketika kita berbicara dalam konteks politik maka bisa dipastikan mayoritas parpol bersuara bahwa Presiden aman hingga 2014, namun siapa yang bisa memastikan dalam politik? ketika gejolak penolakan menguat dan hal itu tidak menutup kemungkinan digerakkan oleh 'invisible hand' bukan tidak mungkin SBY jatuh. saya pikir wajar SBY mengatakan hal itu pada saat di Cikeas. justru menjadi aneh jika seorang Presiden tak dapat menangkap sinyal-sinyal yang mengarah kesitu. pastilah Presiden memiliki banyak telinga. 

namun yang ditangkap oleh politisi dan kemudian digemakan secara masiv pada masyarakat melalui media adalah Presiden 'lebay'. 

saya tak setuju dengan itu.

oke, soal kenaikan BBM sebagai rakyat kecil saya sependapat dengan mayoritas suara yang berharap kenaikan tersebut di evaluasi kembali, namun ketika suara-suara yang ada mengarah pada caci maki dan pendelegitimasian posisi Presiden sebagai kepala negara, mohon maaf, saya harus berbeda.

bagaimanapun seorang Presiden, sebagai kepala negara adalah simbol resmi Negara Indonesia didunia. 

saya sangat tidak sependapat dengan politisi-politisi yang berbicara didepan media dan dengar oleh jutaan pasang telinga rakyat Indonesia menghancurkan legitimasinya sebagai kepala pemerintahan. mengapa? karena secara tidak langsung itu sama saja menghacurkan simbol negara dimata Internasional. 

sebagai rakyat jelata, saya merindukan politik-politik yang santun dan beradab. 

masalah yang dihadapi negara kita saat ini cukup kompleks. tak dapat diselesaikan dengan komentar pengamat yang masih imut-imut yang sering berkeliaran ditelevisi-televisi. mereka berbicara seolah mampu menyelesaikan segala persoalan bangsa ini, sementara cara berpakaian mereka saja sudah tak patut apalagi memimpin bangsa ini? 

sepertinya menghujat sudah menjadi tradisi bangsa ini.

demokrasi tak harus ditegakkan dengan anarkhi. baik itu anarkhi perbuatan ataupun ucapan. kita adalah bangsa dengan adat ketimuran yang cukup kental, berbanggalah dengan itu.

kalau saya berpikir secara logis, sebenarnya Presiden yang akan datangpun tak akan bisa lari dari kenaikan harga BBM.

mengapa demikian?

kita kembali ke bangku SMA lagi untuk mengikuti pelajaran ekonomi, khususnya hukum permintaan.

"Semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang tersedia diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang bersedia diminta"

hukum permintaan ini berlaku jika semua asumsi dihilangkan (cateris paribus).

namun jika semua asumsi ada (termasuk tidak terdapatnya barang substitusi) seperti kenaikan harga BBM ini maka yang terjadi adalah sebaliknya. "semakin tinggi tingkat harga akan berbanding lurus dengan jumlah barang yang diminta"

sekarang kita meloncat ke Ilmu Pengetahuan Alam.

sebagaimana diketahui bahwa BBM adalah termasuk SDA yang tak dapat diperbarui. jumlah minyak bumi di seluruh dunia tiap hari terus menipis. belum lagi carut marut negara-negara penghasil minyak seperti Irak dan Iran yang terus menerus dilanda konflik, berimbas pada jumlah produksi yang menurun drastis. melihat hal diatas, maka respons pasar menjadi negatif. harga naik dan fluktuatif. sementara jumlah kebutuhan semakin hari semakin meningkat sedangkan 'stok' yang ada semakin habis, maka sesuai dengan hukum permintaan tadi, harga akan terus naik.

dari dua penjelasan itu dapat kita tarik benang merah, bahwa kenaikan BBM bisa dipastikan akan terus menghantui siapapu Presiden kita. 

maka dari itu marilah kita melihat semua itu dari luar kotak, sehingga tak tergerus oleh arus-arus politik yang tentu saja memiliki agenda-agenda tersembunyi dibalik itu. bisa jadi isu BBM ini bermuatan politis, mengingat pelaksanaan pemilu kurang 2 tahun lagi. wajar bila para politis ramai-ramai mengeruk popularitas dari sini. 

padahal (seperti yang sudah saya jelaskan) kenaikan harga BBM pasti akan melabrak politisi itu juga, jika ia terpilih sebagai Presiden nanti.

well

jika Peterpan memiliki lagu berjudul "sebuah nama sebuah cerita" untuk mengenang grupnya yang harus bubar, maka tak salah kalau saya memberi judul Catatan Akhir Pekan edisi ini "sebuah cerita, seribu nama" untuk menghormati Presiden- Presiden kita yang telah dan akan selalu dibuat pusing oleh sebuah cerita bernama "kenaikan BBM"


sekian




Tidak ada komentar:

Posting Komentar