Selasa, 13 Maret 2012

~ kemana angin berhembus ~

lagu Broery Marantika dan Dewi Yull itu sedap betul kalau di dengarkan saat rintik hujan.. apalagi buat yang lagi galau tingkat dewa.. 

hahay.... jangan ada dusta diantara kita

tapi beneran deh, itu lagu ga ada matinya. enaak gitu dengerinnya. ngalirr

saya punya cerita nih... tapi ga ada kaitannya sama cinta-cintaan. apalagi galau...hahaha...ga ada kaitannya sama sekali. 

begini...

sekitar 15 tahun yang lalu, saat itu saya masih SMP, memiliki seorang teman yang pemberani. beneran. dia ga pernah takut sama siapapun. guru aja dia lawan. dan teman saya ini tergolong cerdas. cuman.....di kelas dia selalu tidur. tapi anehnya, ketika ke Gap sama guru Fisika saat sedang tidur, eh, diluar dugaan dia mampu mengerjakan soal yang dikasihkan. ajaib pokoknya. kepintarannya itu yang dia gunakan untuk menaklukkan 'dunia'. tapi sayang, dia adalah anak tak mampu sekaligus broken home. jadinya tiap malam dia keluyuran. ngamen. wajar kalau dikelas dia selalu ngantuk.

teman saya itu memang pemberani, tapi bukannya dia tak punya rasa takut. 

nyalinya langsung menciut kalau mendengar suara anjing menggonggong..

hahahaha....

ini nih cerita yang selalu dia rahasiakan, tapi kebetulan saya tahu peristiwanya karena saat kejadian dia sedang ngamen bareng saya... hahaha

suatu malam, kami berdua berangkat ngamen bareng. lokasi ngamen kali ini kita tentukan di jalan mawar, karena menurut informasi dari teman sesama pengamen disana orangnya 'baik hati'. jadilah kami meluncur kesana.

tepat selepas adzan maghrib, kami melancarkan aksi jual suara. saya vokal dia pegang gitar.

benar juga informasi yang kami dapat dari teman pengamen itu. tiap rumah memberi uang yang lumayan. baru 4 rumah kami 'kunjungi' kantong kami sudah terasa berat. kami pun makin bersemangat untuk berkunjung kerumah-rumah yang lain.

hampir separuh jalan kami mengamen, terpaksa kami hentikan.

ternyata ada sebuah informasi yang sepertinya terlupa tak kawan kami sampaikan. di sana ada sebuah rumah yang punya anjing. herder lagi. 

ampun...

mana itu anjing galaknya minta ampun. baru mencium pantat kami dari jarak 3 rumah aja udah teriak-teriak..

dan satu hal

anjing itu tidak dirantai....

perasaanku udah nggak enak. mungkin teman ngamen saya juga sama. tapi karena dia terkenal pemberani, maka dia berusaha tutupin itu perasaan. gengsi dong. hahahaha..

ternyata firasatku benar. saat kami melintas depan rumah orang itu, anjing tersebut berlarian mengejar kami. ternyata bukan seekor melainkan tiga!!

jadilah kami lari tunggang langgang.

karena postur tubuh saya lebih kecil dari teman saya, maka tanpa saya sadari telah meninggalkan teman saya. terlebih teman saya menenteng gitar yang ukurannya nyaris sama dengan tubuhnya...

ketika saya menyadari teman saya berada jauh dibelakan dan sangat dekat dengan anjing, sementara disana ternyata adalah gang buntu, maka saya pun mulai melirik kanan kiri, mencari batu.

toleh kanan.. toleh kiri.. tak satupun batu saya dapatkan.

tapi ada kerikil koral untuk membangun rumah..

ya sudahlah itu saja aku ambil. walaupun tahu bakalan kalah melawan 4 anjing herder, setidaknya saya masih melawan.. 

tapi teman saya tadi karena sangat ketakutan dan melihat jalan buntu, maka secara refleks dan tak diduga, berbalik badan menantang anjing yang mengejar kami. 

gitar besar ia angkat tinggi-tinggi, bersiap untuk menghempas di kepala anjing-anjing itu..

voila....

ternyata anjing-anjing kampret  itu takut melihat 'amarah' teman saya. 

prinsipnya "lo atau gue yang mati.." 

itu pesan yang ia kirim pada anjing-anjing itu lewat gerakan tubuhnya...

tak lama kemudian anjing-anjing tadi berlarian kembali kerumahnya. saya pun membuang semua kerikil yang saya genggam. 

tapi naas...... uang hasil mengamen kami ikut berhamburan keluar dari saku kami yang cekak. 

yah, setidaknya kami tidak menginap di UGD malam itu karena diserbu anjing. apa jadinya kalau itu sampai terjadi. orang tua saya bisa marah besar kalau mendengar saya mengamen... apalagi tujuannya cuma buat beli rokok.. hahahahaha


itu cerita saya 15 tahun silam....


beberapa hari yang lalu, publik di kejutkan oleh 'sumpah monas' Anas Urbaningrum. sepertinya tokoh ini mulai jengah terhadap pemberitaan yang selalu memojokkannya. seolah ada orkestrasi yang sedang dimainkan oleh seorang dirijen. sebagai manusia biasa, wajar bila itu terjadi. bayangkan saja tiap hari diburu wartawan untuk pertanyaan yang sama. pastilah perasaan tak enak dan susah tidur menyelimuti Anas. tapi kita harus apresiasi tindakan Anas itu. dia menyatakan siap digantung atau ditembak kalau terbukti korupsi satu rupiahpun!!

saya yakin, Anas adalah politisi besar sekaligus seorang negarawan.

melihat objek yang ia serang bereaksi maka Nazar pun melanjutkan genderang orkestrasinya. kali ini ia juga mengeluarkan sumpah. hanya saja sumpahnya ini terdengar idiot. SUMPAH POCONG..

oke

sebagai orang yang mengagungkan materialisme, dialektika dan logika, sumpah pocong yang berasal dari zaman purbakala ini terdengar konyol. 

bagaimana tidak..

sejarahnya Sumpah Pocong ini dikenal saat komputer belum masuk Indonesia. itu digunakan orang untuk membuktikan siapa yang salah dan siapa yang benar.

rupanya Nazar merasa diatas angin, lalu melupakan logika...

jadinya, publik semakin mengetahui bahwa ini hanyalah akal-akalan saja. ibarat sinetron, ini sudah diketahui endingnya. 

cuma.....

publik ingin tahu siapa dirijennya..

sama seperti saat saya dan teman dikejar anjing lalu secara respons mengeluarkan jurus berani mati yang (bahkan) tidak terpikirkan sebelumnya, sepertinya Nazar berharap hal yang sama. mengeluarkan jurus pamungkas untuk menaklukkan Anas yang tak kunjung jatuh. tapi Anas bukan herder yang mengejar kami, secara logika lebih mengena sumpahnya yang bersedia digantung di Monas ketimbang Sumpah pocong.

mengapa?

kalau tembak berarti menggunakan peluru, real, nyata! begitu terbukti korupsi secara hukum yang adil, dorrr.... selesai!

lha kalau sumpah pocong? iya kalau Nazar tak menggunakan jasa dukun seperti Ki Budeng.... apalah itu namanya, yang katanya bisa kirim santet. siapa yang bakal tahu? tiba-tiba mati aja... lalu karena mati, maka beredar kabar terbukti bersalah. kalau seperti ini, dimana letak objektifitas dari sumpah pocong ini....?

tapi itu adalah pilihan Nazar. mungkin dia berpikir sumpah pocong lebih efektif untuk dilaksanakan. sekali lagi, itu adalah hak dia.. hehehehe

finally..

biarlah hukum yang bicara senyaring-nyaringnya dengan kedua mata yang tertutup. 

kemana angin akan berhembus....

seperti kata Anas di akun twitternya saat ia bersedia untuk digantung di Monas jika terbukti bersalah, maka apa hukuman bagi penyerangnya yang menurut Anas 'peternak fitnah'... pastilah peternak itu minta di gantung di pohon cabe...

hehehe


selamat menyaksikan episode terakhir dari kisah laga ini


sekian




1 komentar:

  1. keduanya seperti babi hutan yg nabrak kanan kiri, kebingungan menghadapi pengejarnya.

    BalasHapus